Bukan Cuma La Nyalla yang Merasa Kongres PSSI Janggal

Logo PSSI
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – La Nyalla Mattalitti mundur dari bursa calon Ketua Umum PSSI yang akan bersaing di Kongres Pemilihan pada 2 November 2019. Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) itu merasa ada kejanggalan.

Awalnya PSSI berencana menggelar Kongres Pemilihan pada Januari 2020. Namun, ketika diadakan Kongres Luar Biasa PSSI di Ancol, Jakarta Utara, pada akhir Juli 2019 lalu, disepakati adanya percepatan. Tidak ada kejelasan mengapa muncul gagasan tersebut.

Hasil KLB Ancol itu kemudian disampaikan kepada FIFA melalui surat resmi dari PSSI. Sayangnya, pada 7 Agustus 2019, FIFA membalas dengan surat dan menegaskan jika PSSI harus mengikuti arahan mereka di awal, yakni menggelar Kongres Pemilihan Ketua Umum pada Januari 2020.

"Kami sangat merekomendasikan agar PSSI tetap mengacu kepada rancangan yang sudah disepakati, dan menggelar kongres sesuai rencana pada Januari 2020. Kecuali ada alasan yang membuat kongres harus digelar lebih cepat, dan itu tidak tercantum dalam surat Anda," begitu bunyi surat dari FIFA untuk PSSI.

Akan tetapi, PSSI masih tetap pada keputusan KLB Ancol 2019. Mereka kembali berkirim surat kepada FIFA, dan akhirnya mendapat persetujuan. Kepastian ini baru jelas diterima publik melalui Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot S Dewa Broto pada 19 Oktober 2019.

Gatot mendapatkan penjelasan secara merinci dari Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha Destria selang satu hari mengeluarkan pernyataan mengenai Kongres Pemilihan PSSI. Gatot bertanya-tanya apakah FIFA sudah menyetujui jika dijalankan pada 2 November 2019.

"Berdasarkan informasi resmi dari PSSI yang disampaikan oleh Sekjen PSSI pada tanggal 19 Oktober 2019 pagi dengan menunjukkan dokumen resmi terbari dari FIFA, bahwa FIFA tidak keberatan bagi PSSI untuk menggelar Kongres pada tanggal 2 November 2019. Konfirmasi ini perlu bagi Kemenpora, karena semula FIFA menghendaki Kongres untuk diadakan pada Januari 2020, namun sudah diubah berdasar informasi terbaru," beber Gatot.

Tisha menegaskan keabsahan Kongres Pemilihan PSSI 2 November 2019 tak perlu diragukan lagi. Sebab, FIFA dan AFC akan mengirimkan delegasinya untuk hadir memantau jalannya proses.

"Kita tentu berharap acara KLB PSSI bisa berjalan dengan lancar dan tertib serta menghasilkan output yang positif untuk sepakbola Indonesia ke depan," ujarnya.

La Nyalla punya penilaian sendiri terkait dengan percepatan Kongres Pemilihan PSSI ini. Karena secara penentuan pemegang hak suara, mereka yang berusaha keras di Liga 2 dan Liga 3 pada musim ini tidak terakomodasi.

"Tanpa alasan yang mendesak. Akibatnya, jadwal kerja komite pemilihan yang sudah ditetapkan enam bulan, menjadi empat bulan. Dan yang lebih penting, delegasi atau voters Kongres diambil dari hasil kompetisi 2018, bukan klub sekarang yang sedang berkeringat menyelesaikan kompetisi. Ini kan tidak fair,” tuturnya.

Total pemilik hak suara pada Kongres Pemilihan PSSI ada 86. Rinciannya 34 Asosiasi Provinsi, 18 klub Liga 1, 16 klub Liga 2, 16 klub Liga 3, Asosiasi Sepakbola Wanita, dan Federasi Futsal Indonesia.

Suara terkait kejanggalan percepatan Kongres Pemilihan PSSI disuarakan oleh Presiden Madura United, Achsanul Qosasi. Menurut dia, ada upaya mencuri kesempatan agar bisa menjadi ketua umum.

"FIFA memang kan dari dulu maunya di bulan Januari 2020, tapi ada orang yang mau dipercepat. Sebenarnya Januari itu lebih ideal, kita juga sudah tahu menterinya, sudah tahu pemerintahannya, kabinet yang berjalan artinya bagaimanapun sepakbola kita tidak terlepas juga dari peran pemerintah. Dan baiknya memang pemerintah settle juga baru ketum PSSI dipilih," kata Achsanul saat dihubungi VIVAnews, 20 Agustus 2019. (ase)