Gara-gara Ini, Bumi Dulu Panas Terus Selama 100 Ribu Tahun

Ilustrasi Asteroid.
Sumber :
  • www.pixabay.com/TBIT

VIVA – Penelitian terbaru menunjukkan data baru asteroid yang memusnahkan dinosaurus jutaan tahun lalu. Hasil studi terbaru menunjukkan, serangan asteroid tersebut punya suhu panas yang mencapai 5 derajat celsius. Suhu tersebut jauh lebih panas dari yang diprediksikan sebelumnya.

Serangan asteroid itu menyebabkan Bumi terus panas selama 100.000 tahun setelahnya. Naiknya suhu bumi dari serangan asteroid itu bisa menjadi data memprediksi Bumi bakal panas dalam beberapa abad ke depan. 

"Implikasinya adalah suhu panas yang kita rasakan jauh lebih besar daripada prediksi saat ini," kata peneliti University of Missouri Columbia, Amerika Serikat, Ken MacLeod dikutip dari NewScientist, Sabtu 26 Mei 2018.

Asteroid yang menghanguskan Dinosaurus 66 juta tahun yang lalu juga turut membakar hutan yang ada di Bumi. Akibat kebakaran tersebut, banyak CO2 atau karbon dioksida yang terlepas. Sebelum asteroid meluluhlantakkan Bumi, keadaan Bumi begitu dingin karena debu yang menutupi sinar matahari. 

Namun pada saat ini pemanasan global terjadi dengan sangat cepat. 

Para peneliti telah mencari bukti bagaimana Bumi di masa lalu menghangat dampak dari serangan asteroid. Tim MacLeod menemukan bukti tersebut di bebatuan Tunisia. 

Bebatuan ini terbentuk dari sedimen yang ada dari sebelum jatuhnya asteroid sampai kepada dampaknya. Di Laut Tethys di kawasan Timur Tengah, tim ini juga mengekstrak ratusan gigi ikan, tulang dan sisik pada batu, serta rasio isotop oksigen di dalamnya. Ini adalah cara standar untuk mengetahui suhu air di masa lalu. 

Temuan ini malah menghasilkan teka-teki. Iklim menunjukkan tingkat CO2 melonjak menjadi sekitar 2.300 part per million (ppm) untuk meningkatkan suhu. Namun studi mengenai fosil tanah menunjukkan banyak kadar CO2 dilepaskan, sehingga sisa CO2 kurang dari setengahnya. 

Studi pada 2004 mengatakan, fosil daun mempunyai kadar CO2 yang mencapai 2300 ppm, namun para peneliti tidak merasa benar sepenuhnya atas hasil tersebut. 

"Perkiraan kami berdasarkan stomata (daun) bersifat sementara, seperti yang kami tekankan," ujar peneliti University Sheffield Inggris, David Beerling. 

Jika tingkat CO2 tidak naik jauh di atas 1000 ppm, namun suhu naik menjadi 5 derajat celsius, implikasinya adalah CO2 kemungkinan besar pada saat ini berkurang sehingga cuaca menjadi panas. 

Ada juga kemungkinan bahwa tim telah melebih-lebihkan kenaikan suhu. 

"Itu semua dampaknya, orang-orang harus pindah," kata peneliti University Purdue Amerika Serikat, Mattew Huber.