Data Pribadi Pengguna TikTok dan Instagram Bobol, China Dalangnya?

Ilustrasi hacker.
Sumber :
  • Dreamstime.com

VIVA – Perusahaan keamanan siber Comparitech menemukan 235 juta data pribadi pengguna Instagram, TikTok, dan YouTube tersebar ke publik alias bobol. Seperti yang sudah-sudah, data pribadi tersebut berisi nama dan foto, nomor telepon, alamat email, jenis kelamin, usia serta pekerjaan.

Dari total 235 juta data pribadi yang jebol, mayoritas berasal dari media sosial Instagram, salah satu anak usaha Facebook. Rinciannya adalah 191 juta data pribadi pengguna Instagram, 42 juta berasal dari TikTok, dan 4 juta disumbang YouTube, yang merupakan milik Google.

Baca: Amazon, Facebook dan Google Jadi Bulan-bulanan Hacker

Peneliti Utama Comparitech, Bob Diachenko, menemukan kebocoran data pribadi secara besar-besaran tersebut pada 1 Agustus lalu. "Ini jelas sangat dilarang oleh seluruh perusahaan media sosial karena dapat membahayakan privasi pengguna," kata dia, seperti dikutip dari situs Express, Selasa, 25 Agustus 2020.

Bob lalu menyelidiki siapa yang dalang di balik semua ini. Setelah memeriksa basis data, ia dan timnya menemukan perusahaan bernama Deep Social. Tapi perusahaan tersebut telah menutup operasinya sejak 2018, karena dilarang Facebook dan Instagram setelah ketahuan mengambil data pribadi pengguna mereka secara diam-diam.

"Ketika tim kami mencoba mengonfirmasi temuan itu kepada Deep Social, mereka lalu mengarahkan ke Social Data, perusahaan serupa yang berbasis di Hong Kong, China. Kami langsung gerak cepat mengecek. Saat ditanya, Social Data membantah memiliki koneksi dengan Deep Social, tapi mengakui melakukan pelanggaran," jelas Bob.

Lebih lanjut, Social Data juga mengaku telah mengamankan basis data yang terbuka tersebut dengan kata sandi baru.

"Kalau ada yang bilang data pribadi itu telah diretas dan diambil secara diam-diam. Kami tegaskan bahwa itu salah besar. Semua data-data ini tersedia secara gratis untuk pengguna internet," demikian menurut pengakuan Social Data.

Menurutnya, jaringan media sosial seperti Instagram, TikTok dan YouTube, yang mempublikasikan sendiri data pribadi penggunanya ke pihak luar melalui akun bisnis dan profil publik.

Pada kesempatan terpisah, Juru Bicara Facebook Stephanie Otway mengatakan, mengambil informasi orang dari Instagram jelas merupakan pelanggaran terhadap kebijakan perusahaan. Ia mencontohkan kasus Deep Social yang akhirnya akses mereka ditutup pada Juni 2018. "Kami tegas dalam melindungi privasi pengguna," paparnya.

Sementara itu juru bicara TikTok cuma bilang menempatkan prioritas tertinggi pada privasi pengguna. "Kami melarang pihak ketiga menjalankan skrip otomatis untuk mengumpulkan informasi dari layanan kami, termasuk informasi profil publik. Kami juga tidak segan bertindak tegas sesuai dengan kebijakan perusahaan," ungkap dia.