Kabar Baik Datang dari Gletser Kiamat

Gletser.
Sumber :
  • dw

VIVA Tekno – Gletser Antartika yang dijuluki 'Gletser Kiamat' dilaporkan mencair lebih lambat dibanding prediksi sebelumnya. Julukan mengerikan ini disematkan karena adanya potensi bencana kenaikan air laut yang ekstrem, yang diakibatkan dari bongkahan es raksasa tersebut.

Gletser Thwaites di Antartika Barat masih bermasalah. Dua studi baru yang diterbitkan pada 15 Februari di jurnal Nature mengungkapkan bahwa gletser diisolasi dari pencairan yang paling cepat, di mana bagian bawahnya telah terpahat menjadi teras-teras ceruk yang dramatis.

Gletser Thwaites berada di atas cekungan batuan dasar seperti mangkuk yang miring ke atas menuju laut, yang berarti sebagian besar esnya berada di bawah permukaan laut. 

Oleh karena itu, jika gletser mundur terlalu jauh ke belakang, gletser dapat runtuh dengan cepat, yang secara langsung berkontribusi pada kenaikan permukaan laut setinggi 1,6 kaki (0,5 meter) selama beberapa abad, Craig McConnochie yang menyertai dua studi baru. 

Kedua studi tersebut dilakukan sebagai bagian dari Kolaborasi Gletser Thwaites Internasional, upaya bersama Inggris dan Amerika Serikat untuk mengukur Gletser Kiamat. 

Untuk studi, para peneliti mengebor lubang sedalam 1.925 kaki (587 m) melalui bagian terapung gletser, sekitar 1,2 mil (2 kilometer) dari tempat gletser menyentuh dasar laut.

Mereka kemudian memasang instrumen 4,9 kaki (1,5 m) di bawah bagian bawah es untuk mengukur suhu, konsentrasi garam, kecepatan aliran air, dan laju lelehan, sebagaimana melansir dari situs Live Science, Jumat, 17 Februari 2023.

Gletser.

Photo :
  • dailymail.co.uk

Para peneliti menemukan bahwa selama periode pengamatan sembilan bulan, tingkat pencairan es di bagian gletser yang relatif horizontal ini lebih lambat daripada yang diprediksi model komputer, sekitar 6,5 hingga 16,4 kaki (2 hingga 5 m) kehilangan es per tahun. 

Alasan laju pencairan yang lebih lambat dari perkiraan ini adalah karena bagian bawah es dilapisi oleh lapisan air lelehan segar. 

Stratifikasi ini melindungi lapisan es dan memperlambat laju pencairan meskipun suhu lautan tetap beberapa derajat di atas titik lelehnya, tulis McConnochie dalam tajuk rencana. 

Lubang bor juga memungkinkan para ilmuwan untuk mengintip ke dunia bawah es untuk penelitian kedua. Britney Schmidt, seorang ilmuwan Bumi dan atmosfer di Universitas Cornell dan rekan-rekannya menggunakan lubang tersebut untuk meluncurkan robot silinder bernama Icefin di bawah rak es untuk menyelidiki zona landasan yang sulit dijangkau. 

Di sana mereka menemukan bahwa bagian bawah es tidak mulus dan horizontal, melainkan tangga berundak dalam rangkaian terasering, dengan dinding vertikal setinggi 19,7 kaki (6 m). 

Di sini tim juga menemukan banyak retakan yang dikenal sebagai ceruk, di mana pencairan terjadi dengan cepat. Pada retakan dan permukaan vertikal ini, tim menemukan tingkat pencairan es hingga 98,4 kaki (30 m) per tahun. 

"Cara-cara baru mengamati gletser ini memungkinkan kita untuk memahami bahwa bukan hanya seberapa banyak pencairan yang terjadi, tetapi bagaimana dan di mana hal itu terjadi, yang penting di bagian Antartika yang sangat hangat ini," kata Schmidt dalam sebuah pernyataan.

Jika gletser Kiamat jatuh, gletser lain yang berada di dekatnya berpotensi mengikuti, dan ini dapat menaikkan permukaan laut sebanyak 9,8 kaki (3 m) selama beberapa ribu tahun.