Gunung Es Seukuran Bali ‘Pecah', Akibat Pemanasan Global?

Lapisan es di Pine Island, wilayah barat Antartika.
Sumber :
  • NASA

VIVA.co.id – Salah satu gunung es terbesar yang tercatat telah memisahkan diri dari Antartika terlepas dari lapisan es. Hal ini tentu membahayakan bagi kapal-kapal peneliti yang lewat karena sewaktu-waktu gunung es tersebut bisa ambruk.

Satu triliun ton gunung es berukuran 5.800 kilometer persegi yang berada di bawah lapisan es Larsen C itu mengalami retakan di sisi barat Antartika pada Senin, 10 Juli dan Rabu, 12 Juli lalu.

Gunung es yang kira-kira seukuran Negara Bagian Delaware, Amerika Serikat atau Pulau Bali, Indonesia, itu hampir terputus selama beberapa bulan.

Menurut Guru Besar Universitas Swansea, Adrian Luckman, sepanjang musim dingin Antartika, para ilmuwan memantau kemajuan keretakan di lapisan es dengan menggunakan satelit Badan Antariksa Eropa.

"Gunung es ini adalah salah satu yang terbesar yang tercatat dan kemajuan masa depannya sulit diprediksi," kata Luckman, yang telah memantau lapisan es selama bertahun-tahun, seperti dikutip situs Reuters, Kamis, 13 Juli 2017.

Potongan es raksasa itu memiliki ketebalan sekitar 350 meter. Terlepasnya gunung es yang kemudian diberi nama A68 itu mengakibatkan lapisan Larsen C kehilangan 12 persen luas permukaannya.

Pada 2009, lebih dari 150 penumpang dan awak kapal dievakuasi setelah MTV Explorer tenggelam setelah memadamkan gunung es di semenanjung Antartika.

Pecahnya gunung es di Antartika merupakan hal yang kerap terjadi, tetapi dengan ukuran yang sedemikian besar maka gunung es ini mendapatkan perhatian khusus.

Lapisan es yang mengapung dari pantai hingga ke tengah lautan terbentuk dari aliran gletser yang lambat dari daratan. Mereka berperan seperti ‘rem’ raksasa yang mencegah aliran gletser langsung masuk ke laut.

Jika gletser dari daratan tak ditahan lempengan es Larsen C dan langsung masuk ke Samudera Antartika maka akan mengakibatkan permukaan air naik hingga 10 sentimeter.

Pecahnya gunung es yang besar ini, diklaim Luckman dan sejumlah peneliti, adalah alami. Artinya, mereka tidak menghubungkan keretakan dengan perubahan iklim buatan manusia.

Meski begitu, lapisan es di semenanjung Antartika telah mencair dengan cepat dalam beberapa dekade terakhir. (ren)