Wow, Ada Pameran Batik di Kantor Pusat UNESCO Paris

Pameran Batik for the World di kantor pusat UNESCO, Paris, Prancis.
Sumber :
  • VIVA/Miranti Hirschmann (Jerman)

VIVA – Badan PBB bidang Pendidikan dan Budaya (UNESCO) telah mengakui Batik sebagai Warisan Budaya Takbenda dunia tahun 2009. Pertengahan Juni lalu, Batik Indonesia tampil di kantor pusat UNESCO, Paris, Perancis dalam bentuk fashion show, pameran dan workshop dengan tema Batik for the World.

Didukung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Paris dan Delegasi tetap RI untuk UNESCO, tiga perancang busana papan atas Indonesia, Oscar Lawalata, Denny Irawan dan Edward Hutabarat menampilkan 24 karya batik dan busana mereka di atas catwalk.

Karya Oscar Lawalata hadir dengan gaya kasual untuk musim panas dengan warna-warna tanah yang lembut. Kali ini Oscar mengangkat batik dari Jawa Timur, yaitu dari para pengrajin Trenggalek, Ponorogo, Kediri, Gresik, Madura dan Sidoarjo. Oscar ingin menampilkan bentuk yang universal dan bisa dipakai kapan saja.

Sementara karya Edward Hutabarat hadir dengan warna-warna cerah batik pesisir dengan ragam mega mendung, sawung galing dengan aksen lurik. Gaya Edward kali ini menekankan pada beach wear dan resort look. Topi anyaman asal Nusa Tenggara Timur dijadikannya sebagai pelengkap gaya pantainya.

"Kita kembalikan ke alam. Batik pesisir lahir di daerah pantai, kita jadikan batiknya menjadi busana yang cocok digunakan di daerah pantai," ujar Edward.

Sedangkan karya Denny Irawan mengangkat batik Kudus dan bordir yang hadir dalam tampilan anggun juga mewah pada busana cocktail dan gaun malam.

Peragaan busana ini dihadiri sekitar 1.400 undangan yang memadati satu ruangan konferensi di gedung UNESCO. Para undangan tersebut datang dari kalangan industri fesyen, mahasiswa sekolah desain dan fesyen, juga kalangan diplomatik.

Harapannya tak lain agar dunia internasional makin mengenal Batik, apalagi Paris merupakan pusat industri fesyen dunia. Duta Besar RI untuk Perancis, Hotmangaradja Pandjaitan kepada VIVA mengatakan, bahwa dalam kesempatan acara Batik for the World, ditampilkan batik dengan versi modern lewat fashion show dan bagaimana pemakaiannya.

“Ada 100 helai kain kain batik antik yang kita pamerkan di gedung UNESCO ini sehingga orang dapat menghargai dan melihat batik modern juga batik klasik,” ucapnya.

100 helai batik klasik koleksi Yayasan Batik Indonesia, Rumah Pesona Kain dan Oscar Lawalata Culture juga ditampilkan pada pameran di lobi utama gedung kantor UNESCO selama sepekan (6-12 juni 2018).

Dalam pameran tersebut, ditampilkan berbagai jenis batik klasik seperti Batik Kudus, Batik Solo dan Batik Sumatera. Tak ketinggalan karya batik dari pengrajin dari berbagai daerah di Tanah Air yang ditampilkan di sebuah ruangan serba guna gedung UNESCO.

Di sini lah, sejumlah pembatik menunjukkan bagaimana proses membatik dengan malam, workshop bagaimana menggunakan batik, juga diskusi tentang batik. Acara ini juga didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation dan Bank Mandiri. (mus)