Lestarikan Budaya Jawa, Pelajar Belia Arak Tumpeng
- VIVA/ Daru Waskita
VIVA – Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, tidak saja kaya dengan destinasi wisata, mulai dari hutan pinus Mangunan hingga Bukit Becici yang setiap akhir pekan dikunjungi oleh ribuan turis. Masyarakatnya pun dikenal kreatif menciptakan destinasi wisata baru.
Mereka sigap menangkap kecenderungan wisatawan di era milenial yang mengincar spot Instagramable, untuk diwujudkan dalam bentuk lokasi menarik. Selain itu, masyarakat Dlingo sejak kecil juga sudah ditanamkan untuk melestarikan budaya yang sudah berlangsung turun temurun.
Salah satu tradisi yang ditanamkan sejak dini adalah kirab gunungan Jodang yang dilakukan oleh ratusan pelajar di SMPN 1 Dlingo. Ratusan pelajar ini membawa 39 tumpeng menyusuri Jalan Patuk-Dlingo menuju ke halaman sekolah. Perayaan dengan tema adat dan budaya ini sengaja digelar sekaligus sebagai media pembelajaran terhadap kearifan lokal dan pembentukan karakter bangsa.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 1 Dlingo, Samirin mengatakan kemasan adat dan budaya ini dilakukan dalam perayaan ulang tahun sekolah ke 39. Hal ini tergambar dari jumlah tumpeng yang diarak saat itu.
Menurut Guru Pendidikan Agama Islam ini, seluruh tumpeng itu sebelumnya dibuat sendiri oleh siswa dan guru. Baginya tumpeng bukan sekadar makanan yang relatif sering ditemukan saat perayaan ulang tahun dibanding kue tart. Makanan yang kental dengan nilai filosofi itu merupakan warisan budaya Jawa yang wajib dilestarikan oleh generasi muda.
"Tumpeng tersebut murni kreasi dari para siswa dan tidak ada bahan dari gandum yang merupakan produk impor," ujarnya, Senin 19 Februari 2018.
Salah satu siswa, Puguh Angger Widiyanto tampak tidak risih mengenakan surjan dan blangkon ditambah make up layaknya kakek tua. Siswa kelas IX itu sengaja berdandan seperti pembawa jodang dalam arak-arakan yang menurutnya sebagian besar sudah berusia lanjut. Lengkap dengan tongkat, Puguh menceritakan kepeduliannya terhadap tradisi arak-arakan jodang.
"Kalau lihat pawai jodang dan bregada itu biasanya simbah-simbah, yang muda jarang ikut," ungkapnya.
Wakil Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih itu dikatakan Samirin juga melaksanakan rangkaian kegiatan lain seperti bakti sosial kepada warga kurang mampu di Kecamatan Dlingo.
"Kami dibantu oleh para alumni yang ikut menyumbang untuk bakti sosial," imbuhnya.
Nilai Kebangsaan
Kepala SMPN 1 Dlingo, Nur Sugiyanto mengaku bangga dengan antusias anak didiknya. Dengan berpakaian tradisional, menurutnya para siswa tidak mengeluh meski harus berjalan hampir 2 kilometer.
Bahkan selain pakaian tradisional, sejumlah siswa juga mengenakan seragam pleton inti, pencak silat, hadrah, dan beragam ekstrakurikuler lainnya. Bagi Nur Sugiyanto, penanaman nilai-nilai kebangsaan sejak dini wajib dilakukan sebagai upaya pembentukan karakter siswa.
"Mereka (siswa) tidak malu bahkan seperti bangga pakai pakaian tradisional. Malah ada yang pakai seragam jathilan," ungkapnya sambil menunjukkan kelompok siswa berpakaian hitam berumbai dengan puluhan lonceng terikat di kaki.
Menurutnya sebagaian siswanya berlatarbelakang keluarga tidak mampu dan jauh dari kota. Namun meski begitu dia meyakini dengan berbagai kegiatan positif dan pendampingan dari para guru, seluruh siswanya mampu berprestasi.
"Makanya kalau kegiatan kita coba dengan memberikan muatan pelajaran untuk pembentukan karakter siswa," ucapnya. (ren)