2 Hoax yang Sedang Banyak Beredar, Salah Satunya Vaksin COVID-19

Vaksin COVID-19.
Sumber :
  • Sekretariat Kabinet

VIVA – Era digital menghadirkan berbagai kemudahan yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan informasi maupun pemanfaatan untuk kepentingan sosial ekonomi, yang membuat pengguna internet naik pesat. 

Pada 2020, pengguna internet meningkat sebesar 14,6 persen atau menjadi 196 juta pengguna. Sedangkan pengguna media sosial aktif pada Januari 2021, mencapai 170 juta atau naik 12 persen dibandingkan dengan 2019. 

Namun, sayangnya, kemajuan digital juga membuka ruang bagi kehadiran informasi yang salah atau berita-berita tidak benar tentang suatu peristiwa yang meresahkan publik, yang saat ini dikenal dengan hoax
 
Kemenkominfo mencatat, di Indonesia terdapat sekitar 800 ribu situs yang terindikasi sebagai penyebar informasi palsu. Situs-situs ini dimanfaatkan oknum tertentu untuk keuntungan pribadi dan kelompoknya, dengan cara menyebarkan konten-konten negatif yang menimbulkan keresahan dan saling mencurigai di masyarakat. 

Di antara informasi meresahkan yang dalam beberapa waktu terakhir banyak beredar adalah perihal vaksinasi COVID-19 dan juga hoax kandungan BPA dalam kemasan galon isi ulang.

Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, mengatakan, digitalisasi memang penting untuk perkembangan ekonomi masyarakat, tetapi juga harus diwaspadai terkait hoax dan disinformasi. 

"Banyak sekali hoax dan disinformasi setiap hari kita terima. Oleh sebab itu, sebaiknya kita harus selalu mengingat untuk melakukan 'saring sebelum sharing," ujarnya saat webinar Danone Indonesia mendukung peningkatan potensi Warga Nahdliyin (Nahdlatul Ulama/NU) dalam bidang digital, yang digelar baru-baru ini. 
 
Senada dengan Arif, Wasekjen PBNU, Imam Pituduh, membenarkan saat ini ekosistem digital berkembang sangat pesat, termasuk dalam konteks penyebaran isu politik, sosial, keagamaan serta isu lainnya.

"Perlu ada handling serius soal hoax, khususnya membangun dan mengembangkan narasi-narasi positif yang lebih intensif dalam wujud konten yang kreatif. Sehingga penyebaran berita bohong, fitnah, polarisasi, dan radikalisme yang selama ini terjadi dapat diatasi dengan baik," tutur Imam Pituduh.