Dokter Sperma Hobi Nonton Film Porno, Benarkah Penyimpangan Seks?

Ilustrasi pelecehan seksual.
Sumber :
  • Unsplash

VIVA – Seorang oknum dokter DP melakukan tindakan tak senonoh dengan mengeluarkan cairan sperma di makanan milik istri temannya. Bukan cuma itu, sang dokter juga kerap mengintip korban mandi lantaran terobsesi dari film porno.

Kelakuan bejat dokter berinisial DP di Semarang yang diduga mencampurkan sperma usai onani ke makanan istri temannya jadi perhatian. Oknum dokter itu diduga mengalami penyimpangan seks.

Aksi DP diketahui karena terekam kamera milik korban DW, yang tinggal satu kontrakan meski beda atap. Legal Resource Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC KJHAM), Nia Lishayati menjelaskan kronologi korban yang penasaran coba merekam di lokasi dekat kamar mandi dan ruang meja makannya

Dia mengatakan, berdasarkan video hasil rekaman cukup mengejutkan. Hal ini lantaran terlihat pelaku coba mendekati ventilasi kamar mandi saat DW sedang mandi. Setelah momen itu, pelaku langsung melakukan onani. Begitu selesai maturbasi, ia mencampurkan spermanya ke makanan korban yang berada di meja makan.

Alasan perbuatan tercela itu, dikatakan Dirreskrimum Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Djuhandani Rahadjo Puro lantaran pelaku kerap menonton film porno. Pelaku sendiri sudah menikah namun menjalani hubungan jarak jauh dengan istrinya.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan terobsesi karena sering nonton film dewasa, porno" ujar Djuhandani saat dihubungi wartawan.

Namun, benarkah menonton video porno dikaitkan dengan penyimpangan seksual? Berikut alasan seseorang rutin menonton film porno dikutip dari laman Fight The New Drug.

Mengatasi emosi negatif

Alasan umum untuk menonton film porno, menurut tim Bothe, adalah untuk mengatasi emosi yang tidak nyaman. Para peneliti secara khusus mengidentifikasi "pengurangan stres" dan "pengalihan atau penekanan emosional" sebagai motivasi untuk mengonsumsi film porno.

Kebosanan

Tim B?the juga menemukan bahwa “penghindaran kebosanan” adalah alasan umum lainnya untuk mengonsumsi pornografi. Untungnya, tim psikolog menemukan bahwa dua pertiga pria dan seperempat wanita lebih suka meditasi diri mereka sendiri daripada duduk sendirian dengan menonton film porno selama 15 menit.

Sulit untuk dihentikan

Ketika mempertimbangkan mengapa beberapa orang memilih untuk mengonsumsi pornografi, penting juga untuk menyadari bahwa ada banyak orang yang tidak ingin bergantung pada pornografi, tetapi tampaknya tidak dapat menghentikan kebiasaan tersebut.

Bahkan orang-orang yang secara aktif mencoba untuk berhenti dari pornografi masih menemukan diri mereka jatuh kembali ke dalam kebiasaan dari waktu ke waktu.

Karena kebiasaan pornografi dapat memengaruhi otak kita, pornografi bisa sangat sulit untuk dihentikan. Meskipun sebagian besar konsumen porno bukanlah pecandu, dalam kasus yang serius, kebiasaan porno yang bermasalah dapat diklasifikasikan sebagai kecanduan

Lantas, apa sebenarnya bahaya menonton film porno? Berikut efek sampingnya dikutip dari laman Marripedia.

Efek pada pikiran

Pornografi secara signifikan mendistorsi sikap dan persepsi tentang sifat hubungan seksual. Pria yang terbiasa melihat pornografi memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap perilaku seksual abnormal, agresi seksual, pergaulan bebas, dan bahkan pemerkosaan.

Selain itu, laki-laki mulai memandang perempuan dan bahkan anak-anak sebagai “objek seks”, komoditas atau instrumen untuk kesenangan mereka, bukan sebagai pribadi yang memiliki martabat yang melekat pada diri mereka.

Efek pada tubuh

Pornografi sangat adiktif. Aspek kecanduan pornografi memiliki substrat biologis, dengan pelepasan hormon dopamin yang bertindak sebagai salah satu mekanisme untuk membentuk jalur transmisi ke pusat kesenangan di otak. Selain itu, peningkatan permisif seksual yang ditimbulkan oleh pornografi meningkatkan risiko tertular penyakit menular seksual.

Efek pada hati

Pornografi memengaruhi kehidupan emosional orang. Pria menikah yang terlibat dalam pornografi merasa kurang puas dengan hubungan seksual perkawinan mereka dan kurang terikat secara emosional dengan istri mereka. Penggunaan pornografi dapat menyebabkan perselingkuhan dan bahkan perceraian.