Kasus TBC Banyak Ditemukan di Jawa Timur, Nomor 2 Tertinggi Setelah Jawa Barat

Ilustrasi batuk.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA Lifestyle – Angka kasus Tuberculosis atau TBC di Jawa Timur masih tinggi. Itu menjadi tantangan sekaligus modal besar untuk memutus rantai penularan di tahun-tahun yang akan datang. Tentu dibutuhkan komitmen, sinergi semua pihak, dan strategi yang jitu di Jatim agar target eliminasi TBC di tahun 2030 yang dicanangkan pemerintah bisa tercapai.

“Kalau dilihat situasi TBC [di Indonesia], 11 persen kasus TBC di Indonesia itu ada di Jawa Timur,” kata mantan Kepala Dinas Kesehatan Jatim Herlin Herliana dalam webinar bertajuk Implementasi TOSS TBC dalam Berbagai Sektor sebagai Upaya Percepatan Eliminasi TBC yang diselenggarakan Bakrie Center Foundation bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, dan Unair, Senin, 20 Maret 2022.

Herlin hadir mewakil Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.

Ilustrasi batuk.

Photo :
  • Freepik/drobotdean

“Itu juga merupakan tantangan yang berat di mana Jatim dengan jumlah [kasus TBC] yang sangat besar, nomor dua setelah Jawa Barat, di mana terdapat kabupaten/kota terbanyak di Indonesia, butuh koordinasi dan kerja sama lebih ekstra sehingga kita bisa mewujudkan TBC tereliminasi,” imbuh Dirut RSUD Haji Surabaya itu.

Herlin menambahkan, selama tahun 2022, persentase cakupan penemuan terduga TBC di Jatim mencapai 117 persen. Sedangkan temuan dan pengobatan sebanyak 63 persen dan pasien yang berhasil diobati sebanyak 89 persen.

“Sedangkan untuk kasus TBC anak ialah 97 persen temuan,” ujarnya.

Menurut Herlin, banyaknya temuan tersebut merupakan langkah awal untuk memutus rantai penularan. Semakin banyak kasus TBC ditemukan, semakin besar pula peluang untuk mengeliminasi penyakit menular tersebut.

“Ini modal awal untuk kita kawal sebaik-baiknya sambil terus menemukan kasus baru. Berbagai upaya dilakukan agar semua bisa care dan dikawal sampai sembuh,” tandasnya.

Karena luasnya daerah dan banyaknya kasus yang ditemukan, Herlin menegaskan diperlukan kerja ekstra dan kerja sama semua pihak agar penularan TBC ke depan bisa dicegah dan diputus. Karena itu, Pemprov Jatim pun menyiapkan enam langkah strategis untuk kepentingan itu.

Ilustrasi pasien TBC.

Photo :
  • Dokumentasi IPB

“Pertama, penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah daerah,” kata Herlin.

Kedua, menciptakan akses pelayanan kesehatan yang bermutu dan bisa dijangkau oleh semua pasien TBC, baik di tempat pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta, baik di kota maupun di pelosok desa. Ketiga, intensifikasi pelayanan TBC. Keempat, peningkatan penelitian yang melahirkan terobosan-terobosan penanganan TBC. Kelimat, peningkatan peran serta komunitas, pemangku kepentingan, dan sektor lain.

“Keenam, penguatan manajemen program,” ujar Herlin.

Dengan langkah seperti itu, diharapkan Jatim mampu mencapai target eliminasi TBC seperti ditetapkan pemerintah. Mengacu pada peta eliminasi TBC di Jatim, Herlin menyebutkan bahwa pada tahun 2023 ditargetkan ditemukan kasus yang diobati sebanyak 90 persen.

“Begitu juga dengan keberhasilan pengobatan 90 persen, lalu pencegahan kontak 58 persen,” ujarnya.

Sementara tahun 2025, diharapkan insiden TBC turun 50 persen, kasus yang ditemukan dan diobati 90 persen, keberhasilan pengobatan 90 persen, dan pencegahan kontak penularan 90 persen.

Diharapkan pula kematian akibat TBC bisa turun 75 persen. Upaya tersebut akan ditingkatkan di tahun berikutnya hingga tercapai eliminasi TBC di tahun 2030.