Aspirin Bisa Tingkatkan Kemungkinan Punya Anak Laki-laki?

Ilustrasi kehamilan.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Penelitian terbaru mengungkap bahwa mengonsumsi aspirin sebelum berhubungan intim terkait dengan jenis kelamin bayi kelak. Dalam penelitian yang dimuat Journal of Clinical Investigation tersebut, wanita yang pernah mengalami keguguran dan mengonsumsi aspirin ketika dalam masa pembuahan lebih tinggi kemungkinannya melahirkan bayi laki-laki ketimbang wanita yang mengonsumsi plasebo.

Studi yang dilakukan para peneliti di Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Development di Amerika Serikat(AS) itu melibatkan 1.228 wanita yang pernah mengalami keguguran serta mengonsumsi aspirin dengan dosis rendah sebelum melakukan hubungan intim atau pil plasebo dalam upaya mendapatkan anak.

Hasilnya, 31 persen wanita yang mengonsumsi aspirin memiliki anak laki-laki. Sementara hanya 23 persen wanita yang mengonsumsi plasebo memiliki anak laki-laki. Presiden dari klinik CARE Fertility Profesor Simon Fishel menuturkan bahwa mengonsumsi aspirin sebelum pembuahan meningkatkan kesempatan embrio laki-laki untuk ditolak berkurang.

"Ini adalah kesimpulan yang sangat menarik dan studi lebih lanjut diperlukan," ujarnya seperti dilansir laman Daily Mail.

"Yang lebih penting, hal tersebut hanya terkait dengan wanita yang mengalami keguguran dan peradangan. Hal ini tidak ada hubungannya dengan rasio jenis kelamin pada pembuahan normal di mana aspirin tidak akan meningkatkan kemungkinan memiliki anak," ucapnya.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa keguguran yang terjadi lebih dari sekali terkait dengan meningkatnya peradangan pada rahim. Penyebabnya, sistem kekebalan tubuh menganggap embrio yang berkembang sebagai benda asing dan menyerang senyawa inflamasi serta sel-sel kekebalan tubuh. Peradangan ini kemudian dianggap dapat mengurangi kemungkinan wanita mempunyai anak laki-laki karena janin laki-laki dipercaya lebih rentan.

Aspirin adalah anti-inflamasi non-steroid yang digunakan untuk mengobati nyeri, demam, dan peradangan. Beberapa percobaan kecil memperlihatkan bahwa hal tersebut mendorong angka kehamilan dibanding wanita yang menjalani program bayi tabung (In Vitro Fertilization/IVF).