Kendala Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Pelosok Indonesia

Ilustrasi/Petugas kesehatan
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Pelayanan kesehatan untuk penyakit dalam terutama di pelosok-pelosok Indonesia kerap kali mengalami masalah. Meski setidaknya ada 3486 dokter spesialis yang menjadi anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) yang tersebar di 36 cabang PAPDI di seluruh Indonesia, kendala saat menangani pasien masih sering muncul.

DR Dr Ari Fahrial Syam, Ketua PAPDI jaya, mengaku selalu membekali para dokter spesialis penyakit dalam dengan kompetensi dan pengetahuan terkini melalui Pertemuan Ilmiah Nasional, seperti yang kali ini diselenggarakan di Jakarta. Namun kendala yang sering ditemui para dokter spesialis penyakit dalam menurut Ari lebih pada terkait dengan obat-obatan serta fasilitas kesehatan di pelosok-pelosok Indonesia.

"Kendalanya obat-obat secara teori suatu penyakit tertentu bisa diatasi, tapi obat-obatan yang mendukung itu tidak tersedia di lapangan," kata Ari saat jumpa pers di Hotel Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat 28 Oktober 2016.

Kemudian, selain obat-obatan, peralatan guna mendukung pengobatan juga kerap kali tidak tersedia di lapangan. Hal ini tentunya menghambat kerja para dokter spesialis penyakit dalam saat mengobati pasiennya.

"Sebagai seorang internis (dokter penyakit dalam)  dengan melakukan anannesia dan diagnosis awal mungkin sudah dapat mengetahui penyakit yang diderita, tapi tetap pada kenyataannya kita butuh alat yang mendukung, seperti tersedianya USG, ya itu bisa digunakan untuk abdomen untuk liver untuk ginjal, dan untuk pemeriksa otot misalnya," kata dia. 

Namun ia mengingatkan bahwa, dari PAPDI sendiri selalu berusaha memberikan kesempatan pada para dokter spesialis untuk mengetahui dan mempelajari perkembangan terkini tentang suatu penyakit dalam. Ia menegaskan, bahwa meski kendala masih kerap ada, ilmu kepada para dokter harus tetap diberikan.