Terapi Intervensi untuk Kurangi Nyeri Penderita Kanker

Ilustrasi peduli terhadap kanker.
Sumber :
  • REUTERS/Jumana El Heloueh

VIVA.co.id – Sebagian besar penderita kanker akan merasa nyeri sewaktu-waktu. Ada tiga penyebab nyeri, yaitu trauma, terapi, dan sebab lain dari kanker. Trauma ini dihantarkan ke saraf pusat dan kemudian dipersepsikan sebagai nyeri pada otak.

Menurut Prof. dr. Darto Satoto, SpAn(K), pakar nyeri dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta, berdasarkan anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ada anak tangga dalam penanganan nyeri pada kanker, atau yang disebut dengan step ladder.

Jika nyeri masih pada tingkat ringan, dapat diterapi menggunakan obat-obatan anti inflamasi. Sedangkan pada nyeri derajat sedang hingga berat dapat diatasi dengan pemberian obat dari golongan narkotik seperti kodein, morfin, dan lainnya.

Tapi sayangnya, penanganan ini dianggap tidak adekuat, sehingga sering timbul efek negatif. Pasien pun umurnya menjadi lebih pendek dan nyeri yang tidak tertanggani dengan baik ini juga membuat pasien menjadi merasa lebih sakit.

Karenanya, kata Prof. Darto, diperlukan obat yang lebih bagus dengan durasi yang lebih panjang. Sehingga, pasien dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan usianya lebih panjang. Terapi yang bisa memenuhi harapan itu adalah terapi intervensi.

Terapi ini memiliki tujuan untuk memutuskan sinyal nyeri dan saraf tepi ke otak.  
 
"Penanaganan intervensional sudah dipelajari dalam ilmu kedokteran dan sudah digunakan secara luas bukan hanya pada kanker," kata Prof. Darto, saat seminar media di Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta, Rabu 7 Desember.
 
Lebih lanjut, Prof. Darto menjelaskan, terapi ini bisa dilakukan dengan tranfusi langsung ke pembuluh darah, injeksi ke rongga tulang belakang, memasukkan ke rongga spinal dengan memasang pompa, pemanasan yang bertujuan untuk merusak saraf penghantar nyeri, dan blok seliak.
 
"Terapi intervensi ini bisa dengan memasang kateter saraf dan menginjeksikan obat-obatan seperti morfin ke saraf langsung," tambahnya.