Pentingnya Ubah Kebiasaan Minum Teh Sehabis Makan

Menyeduh teh
Sumber :
  • VIVA.co.id/Linda Hasibuan

VIVA – Budaya Indonesia sangat beragam, salah satunya kebiasaan mengonsumsi teh sesudah makan. Di berbagai daerah di Indonesia, teh seakan menjadi minuman wajib yang disajikan pada perjamuan-perjamuan makan. Dan kebiasaan itu berlangsung turun temurun.

Padahal, konsumsi teh tidak dianjurkan secara rutin. Menurut penelitian dalam jurnal Plos One, di dalam seduhan teh terkandung zat yang tidak baik dikonsumsi terlalu sering, misalnya kafein atau zat lain yang berdampak pada kesehatan tubuh. Maka para ahli menganjurkan untuk lebih banyak mengonsumsi air mineral yang baik bagi tubuh.

Profesor bidang gizi Dr. Ir. Hj. Netty Herawati M.Si., mengungkapkan hal serupa, karenanya ia menganjurkan untuk mengubah kebiasaan minum teh sejak dini.

"Minum teh manis, sudah jadi kebiasaan sejak dini. Untuk ubah itu pada orang tua, sangat tidak mudah. Maka, proses perubahan itu harus dilakukan sejak dini," ujar Netty yang juga Ketua Umum HIMPAUDI, kepada VIVA.co.id di kawasan Cempaka Putih, Jakarta.

Proses mengubah kebiasaan minum teh tersebut menurutnya harus dimulai sejak usia dini atau saat anak sudah duduk di kelas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Cara mengubahnya sendiri, harus dimulai dengan konsep hidup sehat pada anak.

"Mulai kebiasaan sejak dini, seperti membiasakan minum air putih dengan adanya pembiasaan. Misalnya, setiap pagi kita ingatkan dan sambut anak dengan kalimat 'Sudah minum air putih pagi ini?' Kalimat itu agar menjadi dasar pembiasaan yang kuat," ujarnya.

Terlebih, orang tua juga harus diberikan pemahaman akan bahaya kekurangan air mineral. Netty menegaskan, perhatian anak menjadi mengalami penurunan seiring dengan minimnya konsumsi air.

"Orang tua harus paham bagaimana cara cegah gagal ginjal pada anak. Orangtua harus mau ikut ke acara parenting yang memang bertujuan memberi pemahaman yang tepat untuk kesehatan anak," jelasnya.

Lebih lanjut menurutnya proses kerja anak yang menurun menyebabkan atensinya pun ikut menurun, sehingga si anak tidak siap menangkap proses belajar. 

"Nantinya, hasil dari pendidikan yang diinginkan tidak tercapai," ujar Netty.

Tidak hanya pada fungsi otak, organ lain di tubuh juga ikut mengalami penurunan. Bahkan, berdampak pada fungsi sistem pencernaan yang sulit mencerna dengan baik.

"Hal paling mudah dirasakan dari kurangnya air minum yaitu BAB enggak lancar. Setelah itu, bisa berdampak pada fungsi ginjal yang semakin menurun lalu ke aliran darah dan kulit," kata dia. (ren)