Atasi Wasir dengan Cara Sederhana Hingga Laser

Ilustrasi sistem pencernaan.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Tidak bisa dimungkiri, kebiasaan makan masyarakat semakin berubah. Semakin banyak orang memilih makanan instan cepat saji dan akhirnya asupan serat untuk tubuh berkurang. Kurangnya konsumsi serat selanjutnya dapat menyebabkan susah buang air besar dan memicu hemoroid.

Hemoroid atau wasir atau ambeien (Plexus haemorrhoidalis) dipicu oleh kurangnya serat di tubuh yang membuat buang air besar harus mengejan. Kebiasaan ini dapat menyebabkan pembuluh darah di daerah anus merenggang atau membesar.

"Bila hal ini terjadi secara terus-menerus, maka pembuluh darah itu tidak akan mampu kembali ke posisi semula. Untuk memastikan apakah seseorang terkena wasir umumnya tidak diperlukan pemeriksaan khusus, dokter akan melakukan pemeriksaan kondisi sekitar anus saja," ujar Dokter Spesialis Bedah Klinik Rumah Wasir, dr. Firdaus, SpB, dalam keterangan tertulis kepada VIVA.co.id, Rabu, 25 Oktober 2017.

Untuk mencegah wasir yang memasuki tahap berat, masyarakat harus memulai hidup dengan pola yang sehat. Terapi pola hidup sehat bisa dengan perbanyak air putih dan konsumsi sayur serta buah.

"Memperbanyak mengkonsumsi serat dari sayur dan buah-buahan merupakan langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi hemoroid. Beberapa obat-obatan mungkin diberikan dokter, seperti obat penghilang rasa nyeri, obat pencahar untuk atasi sembelit, pemberian zalf atau pil anus untuk mengurangi iritasi," lanjut Firdaus.

Selain itu, untuk mereka penderita hemoroid derajat 3 dan 4 atau yang telah gagal dengan pemberian obat-obatan, bisa dilakukan pembedahan oleh dokter. Beberapa teknik pembedahan yang dilakukan oleh dokter meliputi hemorrhoid dectomi, konvensional, bipolar electrocoagulation, rubber band ligation, stapler, biological electrical impedance auto-measurement (BEIM) dan laser.

"Teknik BEIM, memiliki beberapa keuntungan seperti jaringan luka langsung ditutup dengan panas yang dihasilkan dari alat, sehingga minimal perdarahan. Risiko terjadinya infeksi dapat dikurangi dan nyeri pascatindakan juga dapat diminimalkan,” jelas dr. Firdaus.