Sempat Tak Mampu Kuliah, Wanita Ini Buktikan Gelar Doktor

Fitri Khoerunnisa
Sumber :
  • VIVA.co.id/Bimo Aria

VIVA.co.id – "Kamu mengaji saja ya lanjut ke pesantren,” ucap perempuan bernama Fitri Khoerunnisa menirukan ucapan sang Ayah.

Impiannya untuk menjadi seorang peneliti sempat tergadai, lantaran sang ayah yang saat itu hanya bekerja sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil golongan 2B dan sang Ibunya yang seorang ibu rumah tangga merasa mulai keberatan untuk membiayainya melanjutkan pendidikan tinggi. Maklum, hal ini karena ia adalah anak ke-13 dari 14 bersaudara. 

"Padahal dari prestasi akademik enggak jelek-jelek banget," kata Fitri saat ditemui di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamis 3 November 2016.

Tapi hal itu tidak sedikit pun membuatnya mundur. Diam-diam, perempuan kelahiran Garut 8 Juni 1978 ini pinjam uang sana-sini untuk biaya tes masuk perguruan tinggi. Terbukti, di tahun 1996 ia berhasil tembus menjadi salah seorang mahasiswa Jurusan Kimia di Universitas Pendidikan Indonesia.

"Saya cuma tunjukkan ke ayah saya kalau saya berhasil diterima di Universitas," tambah dia.

Ketertarikan Fitri menjadi peneliti di bidang sains menurutnya memang telah tumbuh sejak ia kecil. Ia mengatakan bahwa selalu tertarik untuk mencari tahu suatu hal yang dilihatnya. Hal itu pun kemudian dibuktikannya dengan selalu menjadi mahasiswa berprestasi saat mengenyam pendidikan tinggi.

Usai lulus dan menjadi sarjana kimia, Fitri Ialu melanjutkan studi untuk gelar Magister di bidang kimia di Universitas Gajah Mada pada tahun 2003 di mana ia juga menjadi salah satu lulusan terbaik. Setelah mendapatkan gelar Magisternya, Fitri pun semakin mantap untuk konsisten menjadi peneliti.

Tekadnya yang besar mengiringi ibu beranak satu ini untuk meraih beasiswa tingkat doktoral di bidang kimia di Chiba University, Jepang. Diperjalanannya meraih gelar doktoralnya di Jepang, ujian kembali menghampirinya. Sosok ayah yang sangat dicintainya dipanggil menghadap oleh Yang Maha Kuasa. Kejadian itu terjadi saat ia tengah melakukan presentasi untuk ujian akhirnya.

"Jadi 15 menit lagi mau presentasi, saya dapat kabar kalau ayah meninggal. saya hanya berdoa dan tahan tangis saya dan pulangnya setelah pengumuman kelulusan," katanya.

"Tapi semua impian itu ada risiko ada pilihan. Saya berpikir kalau saya tidak sungguh-sungguh saya sudah menyia-nyiakan meninggalkan orang yang sangat berharga kalau tidak balas dengan yang seperti ini."

Menurutnya, jalan ini dipilihkan Tuhan baginya untuk semakin sungguh-sunggub meraih impiannya. Praktis dua minggu setelah kepergian sang ayah, ia baru bisa bertolak dari Jepang ke Indonesia. 

Setelah sukses meraih gelar doktor tahun 2011, Fitri kembali mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi post-doktoral di Center For Exotic Nanocarbon (2011-2013) dan Research Centre for Energy & Enviromental Science di Shinsu ( 2014-2015 ).

Tahun 2015 ia juga berhasil meraih Papers sains terbaik ke dua di MUCET (Malaysian Technical University Conference on Engineering and Technology) dan di tahun 2016 ia dinobatkan sebagai Outstanding Lecturer of the Year di Universitas Pendidikan Indonesia dan Finalis Dosen Berprestasi Tingkat Nasional. Fitri juga kerap tampil dalam ajang internasional sebagai pembicara dalam Simposium internasional pada MSST 2012 di Yokohama-Jepang dan dalam Simposium internasional di Universitas Korea Selatan pada tahun 2016.

Tentu hal itu menurutnya tak lepas dari dukungan keluarga. Ia mengatakaan bahwa keluarganya, terutama suami dan anaknya selalu mengerti dan menjadi inspirasinya untuk mengejar impiannya.

Namun, ia juga menambahkan bahwa motivasi terbesarnya ialah orangtuanya. "Saya harus membayar mahal perlawanan kepada orangtua karena dahulu sempat enggak boleh kuliah, kalau dahulu saya boleh ngomong, bapak tidak akan sia-sia (menyekolahkan) saya, karena akan sungguh-sungguh,"

Perhatiannya yang besar akan lingkungan dan kesehatan juga kembali menghantarnya menjadi salah satu pemenang L'Oreal-UNESCO, For Women in Science Nasional 2016.