Legitnya Bubur Ketan Durian Pasar Karetan
VIVA – Salah satu kuliner yang menggoda selera di Pasar Karetan, Dusun Segrumung, Kecamatan Boja, Kendal, Jawa Tengah adalah bubur ketan durian. Bubur yang dijual di pasar tradisional-modern ini dijamin tak ditemui di daerah lain.
Bubur ketan durian memang menjadi kuliner ngehits di pasar yang dikelola oleh Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Jawa Tengah tersebut. Hadirnya kuliner unik dan khas memang bertujuan untuk mengakomodasi lidah para pecinta kuliner tradisional yang datang di pasar gaul tersebut.
Kuliner bubur ketan durian diperkenalkan oleh Fery Andrika (23). Pemuda asli Dusun Segrumung, Desa Meteseh, Boja itu sengaja menghadirkan varian durian pada bubur ketan untuk menambah citarasa lain dari yang lain.
"Bubur ketan ini kalau orang Jawa sering dibuat untuk tradisi slametan. Tapi karena daerah sini penghasil durian, saya coba kreasikan, " kata Fery ditemui VIVA, di Pasar Karetan, Minggu, 12 November 2017.
Dari teksturnya, olahan bubur ketan durian ini terlihat biasa. Fery hanya menyiapkan dua wadah besar yang berisi olahan santan dan gula yang telah dimasak dengan campuran durian. Lalu ketan yang dimasak dengan santan di sebuah wadah sederhana.
"Penyajiannya tinggal ketan dimasukkan mangkuk lalu diberi olahan santan gula Jawa serta durian saja," kata dia.
Keunikan lain, mangkuk untuk makan bubur ini harus dibuat dengan tanah liat atau sejenis gerabah. Hal itu agar rasa asli gula Jawa serta durian bisa menyatu. Saat bubur disantap, memang tekstur manis gula Jawa begitu terasa bercampur aroma wangi dan manisnya buah durian.
"Kalau pengunjung pasar karetan selalu penasaran dengan duriannya," ujar pemuda yang juga seorang mahasiswa universitas swasta di Semarang itu.
Di Pasar Karetan, satu porsi bubur ketan durian dijual cukup terjangkau. Pengunjung hanya harus membayar Rp10 ribu per mangkuk. Selain membuat perut kenyang, pengunjung juga bisa merasakan sensasi buah durian yang dikenal buah mahal.
"Ide ini memang baru saya terapkan di sini. Tapi cukup ramai. Minggu kemarin 50 porsi lebih habis, " ujarnya. Selain menjual bubur, Fery juga menjual aneka ceriping pisang khas daerahnya namun dengan varian rasa seperti cokelat, dan vanilla.
Foto-foto oleh VIVA/Dwi Royanto
"Yang jelas, kita tidak menerima uang rupiah. Tapi yang berlaku di Pasar Karetan adalah uang Girik. Jadi pengunjung harus menukar dulu saat masuk pasar, " ujarnya. (hd)