Jangan Cuma Tanya Nilai, Orangtua Harus Tahu Perasaan Anak di Sekolah

Sekolah anak jalanan dan putus sekolah dari keluarga tak mampu
Sumber :
  • ANTARA FOTO/FB Anggoro

VIVA – Bullying atau perundungan menjadi permasalahan terbesar di kalangan anak-anak dan remaja. Sayangnya, lebih banyak kasus perundungan yang tersembunyi daripada yang terungkap.

Padahal, kata Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati, dampak psikologis dari perundungan jauh lebih panjang dampaknya.

"Dia mau cerita, mau bicara ke orangtua, tapi tidak tahu bagaimana. Karena orangtua tidak menyadari dan hanya menekankan yang penting nilaimu bagus," ujar Rita saat ditemui di kampanye #StopBullying film Aib bersama KPAI di SMAN 4 Gambir, Jakarta, Jumat, 20 Juli 2018.

Hal tersebut, lanjut Rita, sesuai dengan hasil penelitian KPAI di mana 65 persen orangtua hanya bertanya mengenai nilai fisikal saja, seperti sudah salat atau belum, atau sudah makan atau belum. Padahal ada aspek kehidupan sosial yang juga menyangkut kehidupan anak, misalnya hobi.

"Hanya 30 persen saja yang menanyakan mengenai bagaimana perasaan anak di sekolah," kata Rita. Ini menunjukkan bahwa aspek akademik anak yang paling jadi fokus orangtua. Sedangkan kebutuhan psikologis anak tidak didapatkan.

Seharusnya orangtua tidak lagi hanya mementingkan faktor akademis. Karena, masalah perasaan anak lebih sulit dipelajari dibandingkan pelajaran yang sudah diatur kurikulum.

"Kalau anak bertengkar dengan orang lain situasinya berbeda. Ini era destruktif di mana anak yang tidak cerita ke orang lain, masalah dan dampaknya bisa lebih panjang," imbuh Rita.