Destinasi Diving Indonesia Jadi Incaran Agen Dunia

Ilutrasi Diving
Sumber :

VIVA.co.id - Wisata selam di Indonesia tumbuh dalam lima tahun belakangan ini. Masuk dalam  kawasan The Coral Triangle dengan kekayaan bawah laut terindah dan terlengkap menjadikan Indonesia target para diver dunia maupun domestik. Namun kemudahan akses menuju destinasi bawah laut ini masih menjadi salah satu kendala yang harus segera diatasi.

Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata, Ratna Suranti, mengatakan, lamanya waktu yang harus ditempuh dalam perjalanan mencapai destinasi selam sering membuat wisatawan mengurungkan niatnya untuk berkunjung karena mempertimbangkan waktu libur mereka yang akan tersita dalam perjalanan. Namun demikian ketika mereka sudah mendapatkan daya tarik yang luar biasa perjalanan panjang itu akan terlupakan. Hal inilah yang disampaikan beberapa agen wisata diving dari Amerika Serikat.

"Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki ribuan titik penyelaman (diving spot) yang tersebar di destinasi diving seluruh Indonesia. Memang sebagian titik-titik selam di Indonesia berada di area yang jauh dari kota besar, sehingga untuk menuju destinasi-destinasi itu menjadi persoalan tersendiri, tidak mudah dicapai, butuh waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup mahal," kata Ratna kepada VIVA.co.id di sela famtrip dan diving dengan sejumlah buyer dari Polandia, Inggris, Amerika, dan Singapura ke Bali dan Lombok, yang dilakukan sejak 29 Agustus sampai 2 September 2015.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan keempat Coral Triangle on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) pada tanggal 27-29 Agustus 2015 di Nusa Dua, Bali.

Famtrip untuk agen diving ini dibagi dalam tiga grup destinasi. Selain Bali-Lombok, destinasi lain adalah Wakatobi, dan Boalemo. Tiga lokasi ini dipilih dengan pertimbangan Bali dan Lombok merupakan contoh pengembangan wisata bahari yang sudah matang dan cocok sebagai percontohan bagi lokasi wisata diving di Indonesia.

Sedangkan Wakatobi dipilih dengan pertimbangan lokasi ini memiliki kekayaan bawah laut yang sangat beragam, dan Boalemo sebagai pusat pengembangan baru, sehingga cocok untuk pioneering turis dan investor.

Terkait kendala akses, khususnya transportasi laut ke destinasi selam yang berlokasi jauh dari kota besar, menurut Ratna, masih diperlukan adanya transportasi yang rutin, dan  meyakinkan jaminan keselamatannya. Dengan demikian para diver bisa merencanakan waktu pergi-pulangnya sesuai dengan waktu mereka dan waktu penyelaman terbaik.

Ketersediaan pelampung disetiap transportasi laut, penjelasan tentang lamanya perjalanan yang akan ditempuh dan penggunaan alat keselamatan (life jacket) sebelum berangkat misalnya, merupakan langkah yang perlu dilakukan. Karena itu, untuk bisa memenuhi hal tersebut Kementerian terus menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait, seperti Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, instansi atau stakeholders terkait lainnya, seperti asosiasi wisata bahari. "Ini sangat penting, sebab semua saling terkait," kata dia.

Agen Asing 'Corong' Promosi

Terlepas dari kendala itu, untuk meningkatkan jumlah wisatawan khusus seperti diving, selain promosi-promosi yang sudah dilakukan, pihaknya juga memfasilitasi para buyer untuk mengenal destinasi diving di Indonesia sehingga mereka bisa melihat langsung dan menjalin kerjasama bisnis dengan operator-operator lokal. "Kita berharap mereka membuat paket-paket kunjungan ke Indonesia," ujar dia.

Promosi dalam bentuk famtrip ini dinilainya sangat efektif, karena langsung pada targetnya. Para operator ini diharapkan menjadi 'corong' promosi untuk para diver di seluruh pasar mereka. "Memang ada beberapa yang memilih tak ikut diving. Tapi kan yang mereka lihat tak hanya sekadar potensi underwaternya," kata Ratna.

Untuk mengetahui potensi underwater Indonesia, para operator ini bisa memperoleh dari berbagai sumber. Yang penting mereka ketahui juga adalah fasilitas penginapan di sekitar destinasi, keamanannya, ground handling, dan hal lain termasuk mencari networking.

Pengenalan destinasi langsung kepada para operator ini, menurut Ratna, hanya salah satu cara strategi promosi yang dilakukan kementeriannya. Promosi lain yang juga gencar dilakukan, antara lain beriklan di media cetak, elektronik, maupun online dan juga hadir di beberapa bursa pariwisata termasuk bursa pariwisata khusus diving.

"Karena minat pasar sangat beragam dan Indonesia memiliki keberagaman itu maka kita harus lakukan semua upaya promosi," ujar dia.

Ratna lalu menjelaskan bahwa dalam Handbook on E-Marketing for Tourism Destination yang diterbitkan UNESCO  disebutkan di era informasi teknologi  dan komunikasi seperti saat ini, ada sejumlah tahapan yang dilakukan orang dalam berwisata. Dimulai dari dream (impian), kemudian plan (perencanaan), book/buy (pemesanan), experiance (pengalaman) dengan mendatangani langsung destinasi yang diimpikan, reflect, share (berbagi), dan return (kembali).

Semua fase ini, ujar dia, harus diisi. Bagaimana orang memiliki impian tentang Indonesia kalau tidak diisi promosi tentang beragam destinasi di tanah air. Terkait perencanaan, wisatawan butuh operator yang bisa menjual, untuk kemudian melakukan pemesanan.

"Jadi kita harap kalau sudah dipromosikan, ketika orang ingin pergi ke operator. Nah kalau tidak ada, bisa tidak jadi ke sini. Bisa jadi ke Thailand karena saat cari informasi adanya tentang Thailand," kata dia.

Saat berkunjung ketika destinasinya bagus, guidenya juga sesuai harapan, harga masuk akal, maka yang terakhir dan terpenting adalah kenangan. Diharapkan para wisatawan bisa berbagi pengalaman. "Para buyer yang ikut famtrip ini termasuk operator besar di negaranya. Saat kembali ke negaranya, mereka biasanya akan langsung buat paket-paket," kata Ratna.