Lagi-lagi Amerika Bongkar Aksi Jahat Iran Suap Tentara Taliban

VIVA Militer: Tentara Afghanistan
Sumber :
  • Task and Purpose

VIVA – Pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) meyakini ada campur tangan Iran untuk mendukung Taliban menghabisi pasukan militer AS di Afghanistan. Kabarnya, Iran memberikan hadiah kepada jaringan Haqqani, kelompok teroris yang dipimpin oleh seorang pejabat senior Taliban.

Iran membayar kelompok teroris Haqqani untuk melakukan serangan di luar Lapangan udara Bagram, Afghanistan pada bulan Desember 2019 lalu. Akibatnya, serangan ini menjadi pertempuran yang cukup panjang.

Berdasarkan pantauan VIVA Militer yang dikutip dari Task and Purpose Selasa 18 Agustus 2020, setidaknya mereka sudah melakukan enam serangan atas AS dan pasukan militer Afghanistan (ANA).

Bukan cuma Iran. Sejumlah media Amerika berulang kali melaporkan tentang dugaan dukungan Iran yang memberikan hadiah kepada Taliban. Laporan-laporan itu mengungkap bahwa Rusia juga menawarkan sejumlah uang ke Taliban untuk menyerang pasukan AS di Afghanistan.

Dugaan ini merujuk pada insiden serangan Taliban pada April 2019, yang menewaskan tiga prajurit AS. Akan tetapi, Tapi Rusia dengan tegas membantah tuduhan Amerika. Pun dengan Taliban yang ikut geram lantaran kena tuduhan yang sama.

Juru bicara Departemen Pertahanan AS (US Departement of Defense), Mayor Rob Lodewick, memberikan pernyataan terkait campur tangan Iran di Afghanistan. Dengan tegas Lodewick menyuruh Iran untuk menghentikan intervensi.

"Departemen Pertahanan tidak mengungkapkan jadwal atau diskusi seputar musyawarah internal dan pengarahan intelijen. Pemerintah telah berulang kali menuntut, baik secara publik maupun secara pribadi, agar Iran menghentikan momok perilaku jahat,” kata Lodewick.

AS bersama sekutunya dan juga NATO, telah menginisiasi perjanjian perdamaian dengan Taliban. Hal ini dilakukan untuk menghentikan perang yang sudah terjadi  selama 19 tahun di Afghanistan.

Akan tetapi, dengan adanya intervensi dan juga pengaruh buruk dari Iran, dikhawatirkan bisa merusak proses perdamaian dan membuat konflik berkepanjangan.

Baca: Lawan Teror Korut dan China, Korsel Katrol Dana Militer Ribuan Triliun