Kisah Pemudik dengan Vespa dari Aceh ke Brebes

Wage, pemudik asal Brebes, Jawa Tengah, menumpang kapal feri dari Pelabuhan Bakauheni, Lampung, seraya membawa sepeda motor vespa. Dia mengendarai sepeda motor lawas itu dari Provinsi Aceh. - Robert
Sumber :
  • bbc

Menjelang Idul Fitri, sebagian masyarakat Indonesia dapat memilih beragam moda transportasi untuk kembali ke kampung halaman. Salah satu yang masih diminati pemudik antar pulau ialah kapal laut.

Wage, pemudik asal Brebes, Jawa Tengah, misalnya, menumpang kapal feri dari Pelabuhan Bakauheni, Lampung, seraya membawa sepeda motor vespa. Dia mengendarai sepeda motor lawas itu dari Provinsi Aceh.

"Pokoknya mulai tanggal 31 Mei 2018 (berangkat dari Aceh) dan ini sudah tanggal 10 Juni, jadi sudah 10 hari perjalanan," cerita Wage kepada wartawan di Lampung, Robert, saat menumpang kapal Nusa Dharma menuju Pelabuhan Merak Banten, Minggu (10/06).

Pria yang kesehariannya di Aceh sebagai kuli bangunan ini mengaku sempat beberapa kali mengalami pecah ban dan mesin motor mati.

"Kejadiannya di Gunung Geurutee Aceh Jaya. Di situ saya mengalami pecah ban, jatuh sekitar jam 12 malam lah," kata Wage.

Di tengah kepanikan karena berada di tengah hutan dan tidak memiliki alat penerangan sama sekali, Wage merasa bersyukur karena masih ada orang yang menolong.

"Alhamdulillah bisa tertolong. Kebetulan ada orang melintas, dia bawa mobil, terus dia bersedia bantu saya untuk penerangan. Karena posisinya kan di hutan gelap," ceritanya.

Tidak berhenti sampai di situ, vespa keluaran tahun 1980-an milik Wage kembali mengalami kendala di daerah Lamno Aceh dan berbagai tempat lain di jalur yang dilintasi.

"Setelah itu jatuh di daerah Lamno, pecah ban lagi. Pokoknya dalam satu hari kalau tidak salah lima kali," papar pria yang mengaku sudah tiga kali mudik ke kampung halamannya menggunakan sepeda motor.

Suka dan duka di perjalanan kapal

Saat menyeberangi Selat Sunda, Wage mengatakan pengalaman menumpang kapal laut dari Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, menuju Pulau Jawa, tidak banyak berubah selama beberapa tahun terakhir.

"Kalau kondisi kapal ya nggak ada perubahan, karena kapalnya kan memang kapal yang dulu-dulu kan. Alhamdulillah sih nyaman, pelayanannya juga," katanya.

Berbeda dengan penuturan Wage, Saifullah yang sedang mudik menuju Bengkulu merasa kurang nyaman menggunakan moda transportasi kapal laut.

"Tergantung kapalnya, kadang-kadang kapalnya kurang memuaskan bagi penumpang. Ya kaya gini kan kurang nyaman ini, kayak terombang-ambing kan gitu dibawanya. Agak pusing," ujarnya saat menumpang kapal laut City Line menuju Pelabuhan Bakauheni Minggu (10/06).

Menurut Saifullah, dirinya bersama istri dan dua anaknya tidak kebagian tempat duduk sehingga harus duduk di dek kapal dan mesti merogoh kocek sebesar Rp10.000 untuk sewa tikar. Itu belum termasuk harga tiket senilai Rp15.000 untuk orang dewasa dan Rp8.000 untuk anak.

"Menurut saya untuk sekarang ini kondisi kapal kayaknya kurang begitu nyaman, masalahnya untuk itu masih masuk anak-anak kecil. Khawatirnya kalau orang tua lengah, anak kecil bisa kecebur ke laut," tuturnya.

Pada dek kapal yang sama, Leni Julianti (19) dan Indriyani (18) pemudik dari Jakarta yang hendak menuju Pringsewu, Lampung, juga merasa hal yang tidak nyaman saat menumpang kapal laut.

"Di kapal itu kadang tidak kebagian tempat duduk, jadi terus di lesehan kayak gini, kena angin laut, kedinginan," kata Leni Julianti.

Indriyani juga menyoal segi pelayanan. Dia menilai kapal masih jauh dari harapan. "Pelayanan sih ya kurang. Ini tikar suruh bayar Rp10.000," katanya.

"Kami minta layanan diperbaiki, biar penumpangnya merasa nyaman. Kasihan juga sih para pemudik kayak gini juga, kayak terlantar gitu," sambungnya.

Namun begitu, menurut keduanya, hanya pada waktu musim mudik saja mereka sering tidak kebagian tempat di kapal.

"Ramainya waktu mudik sama tahun baru. Sukanya sih balik kampung halaman, ketemu keluarga. Dukanya ya pas di perjalanan itu," terangnya.

Kerahkan kapal

Jelang Idul Fitri, PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) Cabang Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, mengerahkan 63 unit kapal untuk mengangkut pemudik.

"33 unit kapal berukuran sedang dan besar akan disediakan bila lonjakan penumpang sudah mulai padat. Kalau sangat padat, maka ASDP akan menaikkan jumlahnya menjadi 36 unit kapal berukuran besar," kata Kepala PT ASDP Cabang Bakauheni, Anton Murdianto.

Dijelaskan Anton, terdapat enam dermaga untuk kendaraan campuran dan satu dermaga yang khusus melayani kendaraan roda dua.

"Dermaga tujuh kita khususkan untuk roda dua. Daya tampung dermaga tujuh bisa menampung 2.000 unit kendaraan roda dua. Sedangkan dermaga satu, dua, tiga, empat, lima, enam itu masing-masing 650 unit untuk kendaraan campuran," pungkasnya.

PT ASDP Indonesia Ferry memperkirakan, jumlah penumpang yang menyeberangi Pelabuhan Merak pada arus mudik Lebaran 2018 mencapai 1.600.328 orang, atau meningkat dibanding 2017 yaitu sebanyak 1.454.840 orang.

Secara terpisah, Kementerian Perhubungan menyediakan mudik gratis menggunakan kapal dari Tanjung Priok, Jakarta, ke Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Jumlah pemudik yang dapat diangkut sebanyak 15.200 unit sepeda motor dan 30.400 orang penumpang.

Adapun di luar Pulau Jawa, PT Pelayaran Indonesia (Pelni) mengoperasikan 10 kapal Sabuk Nusantara untuk wilayah terdepan, terpencil, tertinggal, dan daerah perbatasan dengan menyiapkan 230 personel anak buah kapal (ABK).