Memburu Dalang Kampanye Hitam ke Anies-Sandi

Barang bukti brosur kampanye hitam terhadap pasangan Anies-Sandi.
Sumber :
  • Irwandi/VIVA

VIVA.co.id – Keseriusan aparat penegakan hukum terpadu (Gakkumdu) kasus dugaan pidana pemilu diuji. Aparat gabungan yang terdiri atas kepolisian, kejaksaan, dan Badan Pengawas Pemilu itu ditantang dapat mengungkap dalang di balik upaya kampanye hitam terhadap salah satu pasangan kandidat di Pilkada DKI Jakarta.

Pada 10 Februari 2017 lalu, Panitia Pengawas  Pemilu atau Panwaslu Jakarta Barat menggerebek tempat penyimpanan brosur kampanye hitam terhadap pasangan calon Anies Baswedan-Sandiaga Uno, di Jalan Asem RW 08, Kelurahan Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat malam, 10 Februari 2017.

Pelaku sudah ditemukan. Mereka mengakui sebagai pemilik brosur yang disimpan di rumah kontrakan. Brosur siap edar yang dimuat dalam dua truk itu berjumlah 900 ribu eksemplar.

Namun demikian, kubu Tim Pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 3 Anies Baswedan dan Sandiaga Uno mendesak agar aparat gabungan itu mengusut tuntas hingga ditemukan siapa dalanganya.

Menurut Ketua Tim Pemenangan Anies-Sandi, M.Taufik, temuan selebaran gelap yang tengah dimainkan oleh orang-orang tak bertanggung jawab itu sangat merugikan jagoannya jelang pemilihan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta yang akan dilaksanakan 15 Februari mendatang.

Dia menilai, selebaran gelap yang berjumlah sekitar 900 ribu eksemplar itu berisi tentang informasi yang bukan hanya menyerang pribadi pasangan Anies-Sandi semata, melainkan sudah menyerang keluarga pasangan calon nomor urut 3 itu. "Dan itu semua fitnah," ujarnya.

Timses Anies-Sandi berharap kepada KPUD DKI, Bawaslu, serta aparat kepolisian yang tergabung dalam Sentra Gakkumdu untuk mengusut tuntas kasus temuan dua truk selebaran gelap yang diyakini sebagai cara menurunkan elektabilitas pasangan calon nomor urut 3 itu.

Dugaannya, selebaran gelap itu telah direncanakan dan disebarkan secara masif di seluruh wilayah DKI Jakarta. "Saya yakin yang seperti ini di setiap wilayah ada. Oleh karena itu saya minta aparat dapat mengungkap semuanya, siapa yang mencetak, siapa yang menyuruh, dan siapa yang membiayainya. Karena ini jelas merugikan kami," kata Taufik.

Anies Baswedan yang mendapatkan serangan itu hanya bisa pasrah. Dia menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah, dalam hal ini aparat keamanan untuk mengusutnya.

"Saya sih serahkan saja ke pemerintah, ke aparat keamanan, untuk usut siapa pelakunya," kata Anies saat ditemui di kediamannya, kawasan Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, Senin 13 Februari 2017.