Cerita Endank Soekamti Rekaman di Alam Bebas

Endank Soekamti
Sumber :
  • Instagram Endank Soekamti

VIVA – Punk rock asal Yogyakarta, Endank Soekamti, baru saja merilis album ke-8 berjudul Salam Indonesia. Uniknya, proses rekaman album ini digarap di atas sebuah kapal Pinisi, yang berlayar di perairan Papua selama 30 hari.

Rekaman di alam terbuka ini, bukan pertama kali dilakukan oleh Erik cs. Sebab, di album ke-7 mereka yang berjudul, Soekamti Day, mereka menggarapnya di sebuah pulau kecil bernama Gili Sudak, di Lombok.

Ketika ditanya perbedaan kendala dari proses rekaman di Gili Sudak dan di perairan Papua, Erik Soekamti sang vokalis mengaku kendala rekaman di alam bebas ini sebenarnya sama saja, yakni adanya gangguan dari kencangnya suara angin yang menderu.

"Kalau kendalanya hampir sama, cuma masalah angin. Kalau noise sih enggak. Bedanya, kalau rekaman di studio kan kita meredam suara-suara dari luar biar enggak masuk, nah di alam terbuka seperti Gili Sudak itu tidak ada suara-suara noise, jadi aman. Cuma suara anginnya memang kencang sekali," ujar Erik, saat ditemui di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis 9 November 2017.

Guna mengakalinya, Erik mengaku memiliki sebuah metode yang bisa meminimalisir suara gemuruh dari angin kencang di atas laut tersebut. "Kita memilih tempat-tempat yang dikelilingi karst, terutama untuk take drum dan take vokal. Jadi, biar aman dari suara angin. Karena, kalau untuk (proses rekaman) gitar dan bass semuanya direct," kata Erik.

Mengenai hasil rekamannya secara output, Erik mengakui, rekaman di atas kapal pinisi yang terbuat dari material kayu itu, memang menghasilkan sound yang lebih akustik.

"Karena kapalnya terbuat dari kayu, ruangannya itu enggak sengaja emang bikin sound output-nya jadi bagus, lebih akustik. Akhirnya, take drum kita putuskan di ruang tengah (kapal)," ujarnya.