Langit Merah Kabut Asap, Warga Muaro Jambi Keluhkan Tak Ada Bantuan

Fenomena langit merah akibat kabut asap tebal di desa Jebus, Kecamatan Muara Jambi pada Sabtu (21/9/2019).
Sumber :
  • abc

Warga di kabupaten Muaro Jambi di provinsi Jambi mengeluhkan tidak adanya bantuan padahal kabut asap di desanya sudah sangat membahayakan. Desa mereka sepanjang akhir pekan diliputi fenomena langit merah dan ini artinya sebuah tanda kandungan polutan yang luar biasa tinggi di udara.

Langit Jambi Merah karena kabut asap:

  • Langit di Jambi merah sejak Sabtu (21/9/2019)
  • BMKG mengatakan langit merah hanya terjadi di kawasan Muaro Jambi dan disebabkan oleh konsentrasi polutan yang tinggi di udara
  • Warga yang tinggal di Muaro Jambi belum dapat bantuan

Jamaludin, Sekretaris Desa Jebus, di Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi mengatakan desa mereka sudah terkepung kabut asap sejak 3 bulan terakhir.

Namun pekan ini kondisi polusi kabut asap mencapai puncaknya dimana sejak Sabtu langit di desa mereka berubah menjadi merah.

"Sejak Sabtu itu memang betul di desa kami merah saking tebalnya kabut asap. Seminggu ini memang luar biase kabut asap, kalau pagi jam 6-7 itu sudah gelap nian. karena kabut asap itu partikel debunya macam embun turun ke bawah, jarak pandang hanya 40-50 meter." tutur Jamaluddin.

"Kita akui polusi ini sudah mengganggu kesehatan, udaranya memang sudah berbahaya, kami semakin sesak kalau bernafas sekarang." tambahnya kepada Iffah Nur Arifah dari ABC Indonesia.

Menurut Jamaluddin, kondisi langit merah di desanya baru pertama kali terjadi. Warganya semakin cemas, kondisi kabut asap akan terus memburuk. Apalagi desa mereka berjarak hanya 5 kilometer dengan lokasi lahan gambut yang terbakar.

Kini dilaporkan sudah mulai mendekati lahan-lahan kebun kelapa sawit milik warga juga.

Jamaluddin mengatakan warganya saat ini sangat membutuhkan bantuan masker dan obat-obatan yang hingga kini belum kunjung datang.

"Kami belum dapat bantuan, tidak tahu kalau di desa lain, bantuan masker itu gak ada."

"Jadi kadang warga kalau keluar rumah pakai penutup hidung seadanya saja, pakai handuk kecil, kain ada juga yang juga gak pakai, ya seperti itulah kalau musim kabut asap, pakai apa yang mereka punya." tuturnya.

Sejumlah warga dan organisasi berinisiatif membagikan masker kepada warga di kota Jambi.

istimewa

Kurang sigapnya pemerintah daerah dan pusat memberikan bantuan kepada warga juga disampaikan warga Jambi lainnya Wenny Ira.

Ia bersama rekannya sesama akademisi di Kota Jambi juga baru saja melakukan aksi sosial memberikan bantuan masker ke sejumlah wilayah di kota Jambi.

"Lebih banyak masyarakat sipil yang bergerak memberikan bantuan, bagi-bagi masker."

"Tapi upaya dari pemerintah mulai dari gubernur sampai yang paling bawah itu kurang sekali. Mereka hanya bagi-bagi masker dan meminta warga untuk menggelar sholat minta hujan."

"Harusnya ada dong tindakan yang lebih nyata, jangan hanya bagi-bagi masker, tapi udah banyak juga warga yang butuh tabung oksigen."

"Harusnya mereka juga menyediakan rumah aman asap buat warga yang rentan. Ini semua harusnya sudah diantisipasi sejak lama," tuturnya.

Dari pantauannya, Wenny Ira juga mengatakan masker dan tabung oksigen semakin langka.

"Masker dan oksigen tabung semakin langka di Jambi, padahal banyak warga yang butuh."

"Warga banyak yang masih belum pakai masker, padahal kabut asap pekat sekali. Kalau di Kota Jambi sampai coklat.

"Tingkat polusi udara juga terus bergerak naik dari 400 sampai terakhir minggu malam naik hingga ke level 600," katanya.

Fenomena langit merah Petugas berusaha memadamkan lahan gambut yang terbakar di Jambi.

Istimewa

Desa Jebus hanyalah satu dari belasan desa di Kecamatan Kumpeh, Muaro Jambi yang terdampak fenomena langit merah akibat kabut asap pekat yang viral di media massa sepanjang akhir pekan ini.

Menanggapi hal ini, Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Siswanto mengatakan fenomena langit merah hanya terjadi di kawasan Muaro Jambi.

Ini disebabkan oleh konsentrasi polutan yang tinggi diudara akibat banyaknya titik api dan lapisan asap.

"Hasil analisis citra satelit Himawari-8 tanggal 12 September di sekitar Muaro Jambi, tampak terdapat banyak titik panas dan sebaran asap yang sangat tebal."

"Kondisi langit merah ini disebabkan karena kondisi debu polutan di Muaro Jambi dominan berukuran 0,7 mikrometer atau lebih dengan konsentrasi sangat tinggi.

"Selain konsentrasi tinggi, tentunya sebaran partikel polutan ini juga luas untuk dapat membuat langit berwarna merah," tambahnya.

Siswanto menjelaskan dari citra satelit asap dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Muaro Jambi berbeda dari daerah lain yang juga mengalami kebakaran.

Jika kawasan lain yang terbakar nampak berwarna cokelat, karhutla di Muaro Jambi berwarna putih. ini mengindikasikan bahwa lapisan asap di Muaro Jambi sangat tebal.

Berdasarkan data yang diterima BMKG, titik api di Provinsi Jambi selama 24 jam terakhir mencapai 424 titik dan ini naik dari hari sebelumnya.

Sehingga diperkirakan kabut asap masih akan mengurung kota ini.

Sedangkan untuk keseluruhan Pulau Sumatera, BMKG Stasiun Pekanbaru mendeteksi 1.182 titik panas indikasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hingga Sabtu (21/9) pagi.

Bencana kabut asap di Pulau Sumatera juga semakin meluas. Sejak beberapa hari belakangan kabut asap sudah merambah ke Sumatera Utara, dan kini hampir semua wilayah di Sumatera Utara sudah terkepung kabut asap.

Akibat kabut asap ini sejumlah penerbangan di kawasan ini juga ditunda atau dialihkan.