Tiba Saatnya untuk Merelakanmu

Ilustrasi
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Bila bersamaku kau tak bahagia, lebih baik aku mundur. Aku tak mampu tersiksa, membenci diriku sendiri karena tak mampu membahagiakanmu. Bila Tuhan tak mengizinkanku memilikimu, mungkin Tuhan mengizinkanku untuk sekadar memperhatikanmu walaupun dari jarak yang begitu jauh.

Apakah aku bersalah atas prasangka ini atau aku yang terlalu khawatir, sampai tak sadar telah melukai diriku sendiri. Dulu aku selalu berdoa agar tak dijatuhcintakan lagi kepada orang yang tak mampu kumiliki. Sampai pada akhirnya aku bertemu denganmu dan perlahan mulai jatuh hati padamu.

Bila ada yang berkata aku jatuh hati anggap saja itu benar. Bila ada yang berkata aku patah hati, kamu juga boleh menganggapku seperti itu. Sebab rasaku tak akan pernah ada yang benar-benar tahu, bahkan kamu sekalipun aku yakin tak benar-benar tahu.

Tak usah tahu bahkan tak perlu tahu, cukup percaya saja bahwa aku selalu ada untukmu selama yang kumampu dan selama kamu masih membutuhkanku. Bila esok akan ada yang berakhir, semoga bukan sesuatu yang baik yang kandas. Perihal nantinya kita akan sampai bersama atau hanya sekadar beriringan, aku hanya berharap kamu selalu paham, bahwa aku memang ada.

Tak ada yang paling membahagiakan selain melihatmu bahagia, dan tak ada yang paling menyesakkan selain melihatmu bersedih. Aku ada, pernah ada, dan masih saja ada. Di sekitar, bahkan masih belum mau beranjak. Mungkin terkadang aku seperti tak ada, bahkan seolah menghilang. Sebetulnya bukan demikian adanya. Hanya saja aku berusaha membiasakan diriku untuk tak terlalu bergantung.

Bila yang lain tak sanggup menjagamu dengan baik, tenang saja aku masih sanggup untuk tetap seperti ini, sehingga kamu tak perlu khawatir untuk mencari. Tetaplah berada di situ, menjadi seseorang yang selalu kucari. Tetaplah seperti itu, menjadi seseorang yang membuatku nyaman. Tetaplah menjadi dirimu, sehingga kamu tak pernah lupa ke mana harus pulang. (Tulisan ini dikirim oleh Maspong08)