Siapa Aviliani, Komandan Debat Capres Kamis
- Pixabay
VIVA - Malam ini, tiga calon presiden akan mengikuti sesi debat tahap kedua dengan topik tentang kemiskinan dan pengangguran. Debat tiga tokoh yang akan bersaing dalam pilpres ini akan dikomandani oleh ekonom Aviliani.
Aviliani dikenal sebagai ekonom dan peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). Lembaga think thank ini didirikan dan diisi oleh sejumlah ekonom top, seperti Faisal Basri, Didik J Rachbini, Dradjad Wibowo, Fadhil Hasan, Iman Sugema, Bustanul Arifin dan lainnya.
Seperti halnya ekonom lainnya, Aviliani kerap diundang sebagai pembicara dalam berbagai forum seminar. Dosen manajemen Universitas Paramidina ini juga aktif menulis di berbagai media. Namanya pun sering muncul di media menanggapi sejumlah isu hangat seputar ekonomi.
Misalnya saja soal isu neolib yang sedang hangat digunjingkan. Menurut Aviliani, tudingan yang disampaikan kepada calon wakil presiden Boediono masih sebatas persepsi yang masih sulit dibuktikan. "Sayangnya polemik neolib itu cuma retorika," ujarnya kepada VIVAnews beberapa waktu lalu.
Bukan hanya sebagai penulis kolom di media massa. Sesuai keahliannya, Aviliani juga menghasilkan sejumlah buku tentang ekonomi. Beberapa buku yang pernah ditulisnya adalah Antisipasi Dunia Usaha Hadapi Resesi global, Paradigma Baru Lembaga Keuangan Mikro Simpedes, Otonomi Daerah "Ekonomi Daerah", serta Keuangan "Daerah Pusat."
Wanita kelahiran Malang, 14 Desember 1961 ini sekarang menjadi Komisaris PT Bank Rakyat Indonesia. Ini adalah bank BUMN yang kinerjanya terus moncer hingga menggeser posisi BCA sebagai bank terbesar kedua setelah Bank Mandiri.
Ekonom jebolan Universitas Admajaya dan Universitas Indonesia ini dikenal kerap memandu sejumlah program dan acara di radio dan televisi. Misalnya, Morning & Talks di Smart FM, Todays Dialogue di Metro-TV, Economic Recovery di Metro-TV dan Moderator talkshow di Antv.
Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) menyebut, risiko RI masuk ke jurang resesi masih jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain.
