Sesaknya Bandara Adisutjipto Yogyakarta

Bandara Adisutjipto.
Sumber :
  • VIVA/Eduward Ambarita

VIVA – Kondisi di Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta terasa sangat sesak. Jumlah penumpang ditampung yang tak sebanding dengan kapasitas penumpang maksimal di bandara itu menjadi penyebabnya.

Bos InJourney Airports 'Curhat' Kendala di Industri Aviasi

PT Angkasa Pura I, selaku operator bandara, mencatat jumlah penumpang pada 2017 sebanyak 7,8 juta orang. Sementara itu, jika melihat kemampuan bandara, hanya menampung 1,8 juta penumpang. 

"Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi kami untuk melakukan perubahan cukup signifikan," kata General Manager PT Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adisutjipto, Agus Pandu Purnama di kantornya, Yogyakarta, Jumat 26 Januari 2018. 

Kemnaker Apresiasi Kerja Sama Industri Penerbangan Indonesia-Tiongkok

Selain masalah penumpukan penumpang, pantauan VIVA di lokasi, bandara yang lahannya dimiliki TNI Angkatan Udara itu sebetulnya bersinggungan dengan kegiatan militer. Khususnya, aktivitas dari Akademi Angkatan Udara. 

Tiap harinya, terhitung lalu lalang pesawat di sekitaran bandara mencapai 90 kali penerbangan militer dan 176 penerbangan komersial. 

Menhub Optimistis Industri Penerbangan Segera Bangkit

"Mereka menggunakan runway dan air base yang sama. Ini merupakan bandara paling crowded sebenarnya, dengan kapasitas terbatas," kata dia. 

Pandu mengatakan, ada peningkatan penumpang sejak ditambahnya operasional jam bandara. Ditambahnya waktu operasional itu, lantaran Yogyakarta merupakan tujuan wisata favorit setelah Provinsi Bali. Jika peningkatan ini tak dicarikan solusi, keadaan Bandara Adisutjipto semakin semrawut. 

"Artinya, saat ini kami sudah mengukur setiap penumpang di terminal (bandara), itu titiknya harus delapan meter persegi (jarak antarpenumpang). Aturannya. Di Yogya satu (penumpang) hanya dua meter persegi. Ini yang diterapkan Kementerian Perhubungan," kata dia. 

Menurut Pandu, dengan adanya New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA), Temon, Kulonprogo nantinya, secara bertahap penerbangan di Bandara Adisutjipto akan berpindah ke sana. Dengan demikian, target 20 juta penumpang tiap tahunnya bisa tercapai. 

Bandara baru, kata dia, diharapkan beroperasi pada April 2019 pada tahap pertama. Setelah itu, juga mengakomodasi pesawat berbadan besar mendarat di Bandara NYIA, Kulonprogo. 

"Pesawat yang terbesar di negara dunia ini bisa mendarat di Kulonprogo. Ini langsung mendarat (tak perlu transit)," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya