Kok Bisa RI Masuk Trillion Dolar Club, Ini Kata BI

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA – Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyambut baik masuknya Indonesia sebagai negara Trillion Dollar Club. Menurutnya, satu triliun dolar ekonomi itu adalah sesuatu yang besar dan menunjukkan Indonesia mengarah menjadi bagian dari ekonomi besar dunia.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

"Jadi, ekonomi kita yang satu triliun dolar itu kita sambut baik," kata Agus, usai menghadiri acara acara High-Level International Conference, Jakarta, Selasa 27 Februari 2018.

Sebagai mana yang disebutkan Presiden Joko Widodo beberapa saat lalu, Indonesia masuk ke dalam negara Trillion Dollar Club. Klasifikasi tidak resmi itu beranggotakan negara-negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) di atas US$1 triliun per tahun.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Agus mengatakan, masuknya Indonesia menjadi bagian club tersebut juga menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami perbaikan meskipun dikit demi sedikit.

"Kita tahu pertumbuhan ekonomi yang terus membaik walaupun pelan dari 4,9 naik ke 5,0, sekarang 5,1, pada tahun 2018 ini kita akan bisa tumbuh antara 5,1 sampai 5,5 persen," jelas Agus.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

Pertumbuhan ekonomi ini, menurut Agus, juga akan terus mengalami peningkatan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, yaitu sebesar 5,4 persen.

"Kalau lihat kajian IMF, mereka sangat positif dengan Indonesia, bahkan mereka percaya ekonomi Indonesia tumbuh 5,3 persen, dan kita dan DPR itu sepakati pertumbuhannya 5,4 persen. Tetapi, kalau dari IMF mengatakan 5,3 persen, saya lihat ini cerminan confidence daripada IMF terhadap Indonesia," Jelas Agus.

Agus mengatakan, penyebab utama masuknya Indonesia ke dalam bagian dari club itu disebabkan, karena nilai tukar rupiah yang stabil dan terjaga dengan baik.

"Sehingga, ekuivalen dalam US dolar bisa menembus 1 triliun dolar," tegas Agus. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya