Penjualan Ritel Turun, Harga Minyak Merosot

VIVAnews - Harga minyak mentah di bursa New York kembali terlempar dari level US$80/barel. Laporan yang mengecewakan mengenai pasar tenaga kerja dan penjualan ritel di AS membuat investor khawatir mengenai percepatan pemulihan ekonomi.

Menurut harian The Wall Street Journal, harga minyak light sweet untuk kontrak Februari pada perdagangan Kamis sore waktu New York (Jumat dini hari WIB), turun 26 sen (0,3 persen) menjadi US$79,39/barel. Di bursa London, harga minyak Brent juga turun, 51 sen (0,7 persen) menjadi US$77,80/barel.

Harga mulai bergerak turun setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa jumlah pemohon baru tunjangan pengangguran pekan lalu naik 11.000 orang. Data ini bertolakbelakang dari proyeksi para ekonom, yang mengharapkan jumlahnya turun sebanyak 4.000 aplikasi. 

Di saat yang sama, Departemen Perdagangan AS mengungkapkan bahwa tingkat penjualan ritel Desember lalu turun 0,3 persen. Padahal, proyeksi para ekonom justru mengharapkan kenaikan sebesar 0,5 persen.

Turunnya penjualan ritel yang terjadi di tengah puncak musim belanja akhir tahun, menunjukkan bahwa tingkat belanja konsumen - yang menjadi penggerak utama bagi permintaan minyak, terutama bensin - masih belum bergerak ke tingkat normal.

Data ini kian menimbulkan kekecewaan para pelaku pasar setelah sehari sebelumnya pemerintah AS mengumumkan naiknya cadangan minyak mentah dan semua produk minyak.

"Para pelaku pasar melakukan pengkajian kembali, apakah laporan yang mengecewakan dalam data pasokan di AS merupakan fenomena sesaat atau menunjukkan perubahan tren," kata Tim Evans, pengamat dari Citi Futures Perspective di New York.

Viral Seorang Pilot Lamar Pramugari di Dalam Sebuah Penerbangan
[Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers APBN KITA Edisi April 2024, di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 26 April 2024]

Sri Mulyani Proyeksi Ekonomi Global Tahun Ini Stagnan pada Level yang Rendah

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memproyeksi bahwa kondisi ekonomi global tahun ini akan stagnan.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024