Hingga Kuartal III-2019, Pertamina EP Catat Laba Bersih Rp6,8 Triliun

Presiden Direktur Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA – Meski produksi minyak dan gas PT Pertamina EP hingga kuartal III-2019 terlihat positif, namun pendapatan perseroan ternyata tak terlalu membanggakan. Sebab, pendapatannya tercatat turun hingga 3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Penyebab Laba Bersih Amman Mineral Internasional Turun 27 Persen di Q1-2024

Presiden Direktur PT Pertamina EP (PEP), Nanang Abdul Manaf, mengatakan hingga akhir September 2019, PEP membukukan pendapatan sebesar US$2,2 miliar dan laba bersih US$492,43 juta atau setara Rp6,89 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS). 

Nanang menyebutkan, harga minyak yang lebih rendah dan beban selisih kurs menjadi faktor utama yang membuat kinerja keuangan Pertamina EP terkoreksi. Pada kuartal III 2018, PEP mencatat laba sebesar US$582,57 juta.

Laba Bersih Medco Energi Kuartal I-2024 Turun 11 Persen, Ini Pemicunya

"Pendapatan terkoreksi karena harga minyak yang pada periode hingga kuartal III 2018 sebesar US$67,95 per barel turun menjadi US$62,01 per barel pada periode yang sama tahun ini," ungkap Nanang di kantornya, Rabu 23 Oktober 2019.

Sementara, PEP juga telah menyerap Anggaran Biaya Operasi (ABO) hingga kuartal III 2019 sebesar US$840,94 juta yang mencakup operation sendiri US$786,74 juta dan mitra operation US$54,20juta atau 71 persen dari RKAP 2019 sebesar US$1,176 miliar.

Adaro Energy Cetak Laba Bersih US$374,3 Juta di Q1-2024, Turun 18,3%

Sedangkan, untuk penyerapan Anggaran Biaya Investasi, Nanang menyebut hingga akhir September 2019 sebesar US$405,84 juta atau sebesar 74 persen dari RKAP 2019 yang sebesar US$557,40 juta.

Nanang menuturkan, faktor selisih kurs yang terjadi saat ini tentunya menjadi satu faktor yang paling memengaruhi pendapatan perseroan. Ia pun memiliki asumsi bahwa jika terjadi kenaikan harga minyak satu dolar maka akan dongkrak profit hingga US$12 juta per tahun.

Sementara itu, dengan harga minyak yang saat ini sebesar US$62 per barel sedangkan asumsi APBN 2019 sebesar US$70 per barel, maka Nanang memperkirakan pendapatan perseroan akan tergerus hingga US$96 juta.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya