Nilai Perdagangan Indonesia-Jepang Meningkat
- Istimewa
VIVA – Nilai perdagangan Indonesia-Jepang, dari tahun ke tahun terus meningkat, yaitu dari US$29,08 miliar pada 2016, menjadi US$33,04 miliar pada 2017, dan naik lagi menjadi US$37,44 miliar pada 2018.
Pertumbuhan itu, antara lain didorong oleh peningkatan nilai ekspor nonmigas Indonesia ke pasar Jepang, yaitu dari US$13,21 miliar pada 2016, menjadi US$14,69 miliar pada 2017, dan naik ke posisi US$16,31 miliar pada 2018.
“Tren positif ini diharapkan terus berlangsung dengan pertumbuhan yang lebih baik,” kata Wakil Ketua DPR-RI Bidang Industri dan Pembangunan, Rachmat Gobel, yang juga Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang (PPIJ) seusai menjamu mantan PM Jepang Yosuo Fukuda bersama petinggi perusahaan Jepang, dalam acara Indonesia-Japan Friendship Night di Jakarta, seperti dikutip dari keterangannya, Kamis 21 November 2019.
Selain sejumlah petinggi perusahaan Jepang, acara ini juga dihadiri sejumlah anggota kabinet Indonesia Maju, antara lain Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, serta Ketua BKPM Bahlil Lahadia. Juga hadir Ketua Dewan Pembinan PPIJ, Ginanjar Kartasasmita.
Rachmat mengatakan, kedatangan Fukuda yang mengikutsertakan petinggi berbagai perusahaan industri dan lembaga keuangan Jepang ini patut mendapat apresiasi, karena merupakan delegasi luar negeri pertama yang berkunjung ke Indonesia, sejak Presiden Joko Widodo dilantik pada 20 Oktober 2019 lalu.
“Kita tentu perlu memberi apresiasi kepada delegasi yang dipimpin Fukuda ini, karena merupakan delegasi luar negeri pertama yang diterima Presiden Jokowi. Ini, sekaligus memberi harapan untuk peningkatan kerja sama ekonomi yang lebih baik lagi bagi kedua negara,” kata Rachmat yang sebelum menjadi Wakil Ketua DPR dipercaya Presiden Jokowi sebagai Duta Khusus Investasi Indonesia untuk Jepang.
Kedatangan Fukuda, memang memberi angin yang lebih positif terhadap peningkatan ekonomi dan investasi Jepang di Indonesia. Ini antara lain, terlihat dari hasil pembicaraan delegasi Fukuda dengan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Dalam pertemuan dengan rombongan Fukuda di Istana Merdeka, Presiden Jokowi antara lain mengungkapkan pembangunan blok Masela, pembangunan sejumlah proyek infrastruktur. Presiden juga berharap, Jepang dapat berperan dalam pembangunan sejumlah infrastruktur di kawasan destinasi wisata yang tengah digalakkan, seperti Danau Toba, Labuan Baju, Candi Borobudur, dan Mandalika.
Sementara itu, dalam pertemuan Fukuda-Ma’ruf Amin antara lain dibicarakan lanjutan pembangunan MRT tahap 2, Thamrin-Ancol yang dijadwalkan mulai memasuki tahap lelang pada Februari 2020 mendatang.
Dalam kesempatan itu, Fukuda juga menawarkan keikutsertaan Jepang dalam pembangunan LRT jalur Cikarang-Tangerang, dan pembangunan jalan tol untuk mendukung pembangunan proyek pelabuhan Palimanan.
Sampai saat ini, Jepang adalah investor kedua terbesar di Indonesia. Sepanjang 2016-2018, total investasi langsung dari berbagai perusahaan Jepang, tercatat US4 15,35 miliar. Dari data yang ada, investasi Jepang terlihat tidak terlalu terpengaruh oleh penurunan iklim perekonomian global. Angka investasi Jepang, terlihat relatif stabil, yaitu sebesar US$5,40 miliar pada 2016, lalu sebesar US$4,99 pada 2017, dan sebesar US$4,95 pada 2018.
Menurut Rachmat, selain meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi, Indonesia juga perlu meningkatkan kerja sama dalam pengembangan sumber daya manusia, yang kini menjadi salah satu program prioritas Presiden Jokowi.
Untuk itu, PPIJ telah menyampaikan kepada Fukuda, yang juga Ketua Japan Indonesia Association (Japinda) untuk mendorong kerja sama dalam pengembangan sumber daya manusia ini.
Dari hasil survei yang dilakukan setiap tahun oleh Japan Student Services Organization/JASSO terlihat bahwa, meski jumlah siswa Indonesia yang belajar di Jepang, meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir, yaitu mencapai 6.277 orang pada 2018, tapi dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 265 juta jiwa, persentase masih sangatlah kecil. Indonesia tertinggal dari Vietnam yang mengirimkan 72.345 orang siswanya pada 2018, padahal total populasi Vietnam hanya 96 juta jiwa.