- VIVAnews/Adri Irianto
VIVAnews - PT Lion Mentari Airlines menyatakan pembangunan hanggar di Bandara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, terancam gagal. Bahkan proyek senilai US$40 juta ini bakal dipindahkan ke Malaysia.
Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengatakan, pembatalan itu menyusul permintaan PT Angkasa Pura I, pengelola bandara Manado, untuk ikut mengembangkan hanggar itu dengan prosentase kepemilikan mayoritas. "Kalau tidak, Angkasa Pura tidak akan memberi akses bandara ke hanggar," kata Edward melalui sambungan telepon kepada VIVanews.com, Senin 14 Februari 2011.
Lion Air merasa keberatan bila hanggar itu nantinya dimiliki bersama dengan Angkasa Pura. Sebab, tujuan Lion tidak lain untuk perbaikan dan perawatan pesawat-pesawat miliknya. Lion belum ada rencana mengkomersialkan hanggar itu.
Pembangunan hanggar yang sebenarnya telah diresmikan Menteri Perhubungan Freddy Numberi itu telah berjalan dua tahun. Namun, belum ada titik temu antara Lion dengan Angkasa Pura. "Kalau permintaannya saham, ini sudah deadlock," katanya.
Lion telah membeli tanah di samping Bandara Manado seluas 6 hektar. Tanah ini rencananya akan ditambah hingga menjadi 12 hektar. "Tapi karena pembangunannya tersendat, perluasan lahannya kami tunda," ujarnya.
Selama ini perawatan pesawat Lion dilakukan oleh Garuda Maintenance Facility. Bertambahnya jumlah pesawat Grup Lion (Lion dan Wings Air) mendesak perusahaan ini membuat hanggar sendiri. "Kami telah menerbangkan 80 pesawat, dan akan bertambah 20 pesawat hingga akhir tahun," katanya.
Mengenai pengalihan ke Malaysia, Edward mengatakan, ini merupakan salah satu alternatif. Pemerintah Malaysia telah menawarkan pembangunan hanggar di Johor Bahru dengan berbagai insentif yang menarik.
"Kami ditawari tanah dengan harga sewa yang murah, dan bisa ditingkatkan menjadi hak milik pada tahun ke 40," katanya. "Kami juga dibebaskan membawa tenaga ahli berapa pun ke hanggar itu."
Sementara itu, pihak Angkasa Pura I belum bisa dikonfirmasi. VIVAnews.com telah menghubungi Direktur Utama Angkasa Pura I, Tommy Soetomo, namun panggilan telepon genggamnya tidak diangkat. Begitu juga pesan singkat, juga belum dibalas. (hs)