Risiko Bubble di Sektor Properti Masih Jauh

GCG Awards : Hiramsyah Thaib, Etty Retno Wulandari & Effendi Gani
Sumber :
  • ANTARA/Audy Alwi

VIVAnews - PT Bakrieland Development Tbk menyatakan potensi gelembung (bubble) di sektor properti dirasa cukup jauh, mengingat bisnis properti saat ini masih dalam kondisi yang bagus serta Indonesia merupakan negara terendah dalam tingkat risikonya.

ODGJ Ngamuk di Cengkareng Mau Tikam Kakanya Sendiri, Ternyata Kabur dari Dinsos

"Ada kekhawatiran seolah BI (Bank Indonesia) atau siapapun akan terjadi bubble di sektor properti. Kalau menurut saya sih jauh," ujar Direktur Utama Bakrieland, Hiramsyah S Thaib usai acara buka puasa di Rasuna Epicentrum, Kuningan, Jakarta, Kamis malam.

Hiramsyah menuturkan, ada beberapa faktor yang menunjukkan apakah properti bubble apa tidak, salah satunya adalah rasio antara Produk Domestik Bruto dengan Kredit Kepemilikan Rumah.

PKS Usung Imam Budi Hartono Jadi Bakal Calon Wali Kota Depok, Ahmad Syaikhu: Kinerjanya Bagus

"Hari ini Indonesia kurang lebih sekitar 3,5 persen, sedangkan Amerika waktu terjadi krisis tahun 2008 hampir 80 persen, Singapura itu hampir 30 persen lebih, Indonesia termasuk negara terendah didunia rasionya," kata dia.

Lanjutnya, faktor yang kedua, baik perbankan maupun pembeli masih tergolong konservatif namun berbeda dengan pengembang (developer) yang saat ini lebih selektif.

Kondisi Terkini Chandrika Chika di Tahanan, Usai Jadi Tersangka Kasus Narkoba

"Sekarang itu semua jauh lebih konservatif, perbankannya jauh lebih konservatif memberikan kredit, kemudian yang beli jauh lebih konservatif, pengembangnya pun juga lebih selektif. Sebab, developer yang ada sekarang merupakan developer-developer yang bagus, lolos krisis 1998 maupun 2008," kata Hiramsyah.

Menurut Hiramsyah, dari indikator tersebut memperlihatkan bahwa bisnis properti akan terjadi bubble itu masih jauh. "Jadi, bilang properti itu bubble sebenarnya nggak, karena memang indikator secara angka itu masih jauh," tuturnya.

Maka dari itu, setelah melihat dua faktor tersebut, ia optimistis bahwa bisnis properti masih bagus. "Inilah yang membuat kenapa kita semua para pemain properti punya keyakinan bahwa properti itu masih bagus. Insya Allah, dua sampai tiga tahun ke depan. Puncaknya itu mungkin sampai 2014," ujar Hiramsyah.

Sebelumnya, Bank Indonesia mengkhawatirkan besarnya kucuran kredit ke sektor properti dan otomotif di tengah pertumbuhan ekonomi saat ini akan menyebabkan terjadinya bubble ekonomi. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya