- Ujang Zaelani
VIVAnews - Kalangan perbankan nasional meyakini bahaya ekonomi global yang didengungkan oleh Bank Dunia tidak akan berdampak pada bank di Indonesia.
"Situasi perbankan RI saat ini sangat kuat. Jauh dari situasi di waktu krisis 1998 dan 2008," kata Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk, Arwin Rasyid, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin, 5 September 2011.
Arwin menjelaskan, perekonomian Indonesia saat ini dalam kondisi stabil. Hal itu berdampak pada ketahanan kondisi perbankan nasional seperti terlihat dari posisi likuditas yang masih berada pada posisi aman.
Indikator lain adalah rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) yang juga berada dalam posisi aman.
"Dahulu kondisi LDR itu di atas 100 persen, di mana kemampuan pembiayaan sebanding dengan pendanaan. Namun, saat ini rasio LDR 75 persen, jadi likuiditas di perbankan RI sangat cukup," jelasnya.
Faktor lain yang mendukung ketahanan perbankan dan ekonomi nasional adalah posisi cadangan devisa Indonesia yang dianggap cukup kuat menahan aliran modal keluar. “Dahulu, cadangan devisa sebesar US$25 miliar yang sangat rentan jika menghadapi krisis,” jelasnya.
Sekarang, cadangan devisa sudah di atas US$120 miliar, sehingga cukup terkendali dan kondisi perbankan dinilai masih sangat kuat.
Sebelumnya, Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick, mengingatkan negara-negara di dunia untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya bahaya baru dalam perekonomian global.
Bahaya baru itu muncul terlihat dari kondisi Eropa yang sudah sedemikian parah dan telah mencetak rekor. Serta jumlah tenaga kerja di AS yang mengalami stagnasi pada Agustus. Kedua kondisi itu juga menunjukkan kondisi perekonomian dunia yang melemah. (art)