- VIVAnews/Adri Irianto
VIVAnews - Japan Bank for International Coorporation (JBIC) menyatakan bahwa Indonesia merupakan peminjam terbesar dengan nilai nominal sekitar 730 miliar yen atau sekitar Rp6.740 triliun. Nominal tersebut adalah pinjaman hingga saat ini alias outstanding.
Menurut Presiden and CEO JBIC, Hiroshi Watanabe, berbagai pinjaman yang telah digelontorkan untuk Indonesia rata-rata memiliki jangka waktu pengembalian 10 tahun.
"Nilai 730 milar yen itu merupakan negara yang paling besar di dunia sebagai peminjam yang ditawarkan oleh JBIC," ujarnya saat jumpa pers di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin 24 Oktober 2011.
Di lain pihak, Plt Kepala Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa saat ini, memanfaatkan acara The Second Annual Meeting for Financial Policy Dialogue, pemerintah ingin mengalihkan pinjaman dari JBIC kepada proyek Public Private Partnership (PPP).
Pemerintah menghindari pola pinjaman dari asing terdahulu yang menempatkan dana langsung pada pihaknya atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pasalnya, pola pinjaman ini memberi dampak negatif pada kondisi fiskal Tanah Air.
"Kami ingin posisi kita lebih seimbang, sehingga tidak mengancam fiskal," tuturnya.
Demi melancarkan niat ini, tambahnya, pemerintah menjelaskan pada pihak JBIC bahwa saat ini Indonesia memiliki PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia. "Forum ini, pemerintah Indonesia ingin memberitahu pada JBIC, apa saja yang dilakukan pemerintah. Misalnya penjaminan yang dilakukan PII, yang sifatnya baru," katanya. (eh)