Skenario Pemerintah Hadapi Krisis

Agus Martowardojo
Sumber :
  • VIVAnews/Adri Irianto

VIVAnews - Pemerintah memberi perhatian serius kepada kondisi ketidakpastian perekonomian global agar tidak berdampak besar pada Tanah Air. Berbagai cara dilakukan, salah satunya menyediakan cadangan risiko fiskal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Menurut Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, kondisi pasar finansial global akibat ketidakpastian ini mengalami tekanan dan cenderung terus melemah. Hal itu ditandai dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini yang diperkirakan turun dari sebelumnya 4,3 persen menjadi hanya 4 persen.

"Gejolak ekonomi pada fase terakhir tahun ini diperkirakan masih berlanjut hingga 2012. Pelemahan ekonomi global atau krisis, tentu merupakan sinyal kuning yang harus segera diantisipasi," kata Agus saat memberi sambutan dalam acara seminar nasional 'Menuju APBN yang Menyejahterakan Rakyat' di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu 26 Oktober 2011.

So Sweet! Ranty Maria Dilamar Rayn Wijaya Tepat di Momen Ulang Tahun

Untuk itu, pemerintah jauh-jauh hari mempersiapkan beberapa skenario guna mengantisipasi terjadinya krisis tersebut.

Berkaca dari kenyataan tersebut, Agus melanjutkan, pemerintah mempersiapkan dana cadangan risiko fiskal yang cukup besar pada APBN 2012. Pada tahun depan, cadangan risiko fiskal mencapai Rp15,8 triliun atau naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp4,7 triliun.

"Dana tersebut akan digunakan sebagai biaya mitigasi risiko perubahan asumsi ekonomi makro akibat faktor ketidakpastian global dan risiko yang mengganggu ketahanan pangan akibat perubahan iklim secara ekstrem, penurunan produksi, dan gejolak harga di pasar internasional," tuturnya.

Agus menambahkan, pemerintah juga memiliki dana Sisa Anggaran Lebih (SAL) sebagai antisipasi pembiayaan pada saat krisis. Namun, penggunaannya harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Selain itu, Agus mengatakan, kebijakan belanja dalam APBN 2012 juga diarahkan dengan menitikberatkan pada peningkatan belanja modal dan belanja untuk penguatan konsumsi domestik. Sebab, dengan penguatan pada dua hal itu telah terbukti menjadi jalan keluar bagi Indonesia melewati krisis pada 2008.

"Pada saat itu, Indonesia menjadi satu di antara sedikit negara yang berhasil melakukan ekspansi ekonomi di tengah resesi dan tren kontraksi global," ujarnya.

Sebagai informasi, belanja modal diperlukan dalam rangka meningkatkan produktivitas ekonomi, sedangkan belanja untuk penguatan konsumsi domestik --seperti bantuan sosial dan belanja subsidi-- diperlukan guna menjaga daya beli masyarakat dalam hal kinerja ekspor impor mengalami penurunan akibat krisis. (art)

Cara Taspen Perkuat Srikandi Jadi Penggerak Finansial
Aksi sopir pikap dipuji warganet

Aksi Sopir Pikap Ini Dipuji Warganet, Berani Hadang Dua Bus Lawan Arus

 Belakangan ini, viral di media sosial sopir pikap menghadang dua bus yang berusaha melawan arus di perempatan lampu merah.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024