- Reuters/Claudia Daut
VIVAnews - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, menganjurkan negara-negara yang mayoritas rakyatnya Muslim agar tak lagi mengacu ke negara-negara Barat, yang dia anggap sudah gagal. Mahathir pun menyarankan mereka agar mencontoh model pembangunan di negara-negara "Timur."
Maksud Mahathir, negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan China patut jadi teladan karena terbukti ekonomi mereka sudah maju pesat. Sebaliknya, Eropa dan AS kini bermasalah dengan utang.
"Kini ada banyak masalah di negara-negara Barat. Masalah di Barat adalah mereka telah meminjam terlalu banyak, dan tidak bisa membayarnya. Kita tidak bisa menjadikan negara seperti itu sebagai model," kata Mahathir seperti yang dikutip kantor berita Bernama dan dimuat juga di laman AsiaOne.
"Bila kita ingin mencontoh atau belajar sesuatu, belajarlah dari mereka yang sukses, bukan dari yang gagal," lanjut Mahathir saat berpidato di suatu konferensi internasional mengenai keuangan Islam, 30 Oktober 2011.
Mahathir mengingatkan bahwa ekonomi negara-negara Timur kini menjadi contoh keberhasilan mereka dalam menata pembangunan. "Bila kita melihat negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan China di Timur... China kini punya cadangan devisa US$3,2 triliun. Mereka berkelimpahan uang. Korea bisa muncul dengan produk-produk utama yang lebih baik dari yang diproduksi di Barat," kata Mahathir.
"Jadi, kita harus tetap memandang ke Timur, bukan ke Barat. Barat sedang terancam bangkrut," lanjut mantan pemimpin Malaysia yang telah berusia 86 tahun itu. "Ketamakan menjadi penyebabnya. Kini, kita sedang melihat mereka yang gagal di negara-negara maju," Mahathir menambahkan.
Yunani, kata Mahathir, bisa menjadi contoh parahnya kondisi keuangan di negara-negara Barat. "Negara-negara seperti Yunani terjerat utang... meminjam hingga lebih dari 200 persen dari produk domestik bruto mereka," kata Mahathir.
Memerintah Malaysia selama 22 tahun hingga 2003, Mahathir dikenal sebagai tokoh yang kritis kepada Barat. Saat krisis keuangan melanda Asia 1997-98, Mahathir menilai biang keladinya adalah para spekulator Barat seperti George Soros yang mengacaukan pasar keuangan di sejumlah negara dengan bisnis spekulatif mereka.(np)