Forum Ekonomi Dunia 2012

Aktivis RI Kritik Kaum Kapitalis di Davos

Lokasi pertemuan Forum Ekonomi Dunia 2017 di Davos Swiss
Sumber :
  • REUTERS/Arnd Wiegmann

VIVAnews - Aktivis buruh Indonesia, Rekson Silaban, tampak kaget saat disapa wartawan dari Tanah Air di selasar gedung Congress Center, 26 Januari 2011. Tempat itu menjadi lokasi Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Kota Davos, Swiss, 25-29 Januari 2012. 

"Tumben ada wartawan Indonesia meliput WEF di Davos," kata Rekson, Ketua Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI).  Dia merupakan satu-satunya tokoh buruh asal Indonesia yang hadir dalam Forum Ekonomi Dunia 2012

Arkhan Fikri Jadi Sorotan Usai Indonesia U-23 ke Semifinal

Kami lalu mencari kursi di pojok ngobrol yang ada di beberapa tempat di sini.  Bersama Rekson, ada dua tokoh buruh dunia.  Mereka tengah menunggu janji dengan seorang pakar perburuhan.  "Saya belajar banyak di forum ini terutama dari sesi-sesi yang hadirkan pembicara masyarakat sipil," ujar Rekson.

Tahun ini adalah kali kedua Rekson diundang mengikuti WEF, forum berkumpulnya pengambil keputusan ekonomi dan bisnis terbesar di dunia, yang dikelola dan didirikan oleh Klaus Schwab, pada 1971. Kali pertama adalah tahun 2008 saat WEF mulai memasukkan agenda masyarakat sipil dalam sesi pertemuan tahunannya yang selalu digelar setiap Januari di Davos. 

Selain soal ketenagakerjaan, WEF juga memberi porsi pembahasan soal setimpangan gender, lingkungan dan pengentasan kemiskinan, seni dan aspek agama.  Tema tahun ini misalnya menunjukkan kesadaran WEF perlunya mengubah pendekatan dalam melakukan pengelolaan ekonom baik di tingkat pemerintahan maupun perusahaan.  "Ada kesadaran baru bahwa cara yang selama ini dilakukan salah, karena menghasilkan ketimpangan, kemiskinan, keserakahan," ujar Rekson.

Rekson mengambil model pengelolaan ketenagakerjaan di Brasil dan Afrika Selatan sebagai contoh yang bisa menginspirasi negara lain termasuk Indonesia. Di Brasil, kata Rekson, jaminan sosial bahkan menjangkau kalangan petani. 

Di Afrika Selatan pembangunan dilakukan dengan mengedepankan aspek perlindungan lingkungan hidup dan jaminan sosial bagi tenaga kerja. Lewat forum ini juga, Rekson mengaku bisa mendebat para kapitalis, berdialog dan mengkritisi kebijakan yang selama ini diberlakukan.

Pilih Berdialog

Heru Budi Apresiasi Kerja Sama Proyek MRT dengan Jepang, Nilainya Rp11 Triliun

Di luar forum WEF memang digelar demo anti WEF, yang menganggap forum ini tak peduli dengan nasib rakyat miskin. "Saya hormati mereka yang memilih menjadi watch dog WEF.  Tapi saya memilih untuk berdialog dengan kalangan kapitalis ini," ujarnya. 

Dalam sesi Global Context Growth misalnya, Rekson mendebat pendapat pembicara termasuk Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang meyakini pertumbuhan ekonomi di Asia. "Buat apa tumbuh tinggi tapi meninggalkan ketimpangan ekonomi," kata Rekson. Keberhasilan pertumbuhan ekonomi makro, menurut dia, tak bisa lagi jadi patokan keberhasilan sebuah negara.

Salah satu sesi yang membahas ketenagakerjaan di WEF adalah Masa Depan Sumber Daya Manusia sebagai modal dasar perusahaan, yang mendiskusikan antaralain soal dampak perkembangan teknologi terhadap pasar ketenagakerjaan.

*Laporan dari Davos oleh Pemimpin Redaksi ANTV, Uni Z. Lubis

5 Negara Paling Tidak Ramah Vegetarian di Asia, Ada Korea Selatan dan Jepang
Pratama Arhan dan Azizah Salsha berpelukan

Momen Pratama Arhan Peluk Mesra Azizah Salsha Usai Timnas Indonesia Lolos Piala Asia U-23

Setelah Timnas Indonesia U-23 berhasil melaju ke semifinal Piala Asia U23 2024 pada Jumat 26 April dini hari, Pratama Arhan dan Azizah Salsha menampilkan momen kemesraan.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024