Olahraga untuk Penderita HIV/AIDS

VIVAnews – Menjadi penyandang HIV/AIDS bukan berarti hidup berakhir. Para penderita HIV AIDS yang juga disebut orang dengan HIV/AIDS (ODHA) justru harus selalu menjaga daya tahan tubuhnya agar tidak menurun.

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Society of Indonesia Health Journalist, mengadakan seminar dengan topik Olahraga untuk ODHA, Kamis, 26 Februari 2009, di Jakarta. Perbincangan itu menghadirkan dr. Suharto Sp.KO.DPH sebagai pembicara.

Menurut dr. Suharto, orang yang hidup dengan virus HIV, cepat atau lambat akan mengalami penurunan ketahanan tubuh. Upaya yang paling masuk akal adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh melalui berbagai cara yang berkaitan dengan gaya hidup sehat.

“Latihan fisik yang baik dan benar akan meningkatkan kualitas imun,” kata dr. Suharto. “Olahraga atau latihan fisik bagi ODHA sangat dianjurkan untuk membantu memerangi infeksi penyakit sekunder selain mengkonsumsi obat-obatan antiretrovirus (ARV).

Cak Imin Titipkan 8 Agenda Perubahan ke Prabowo-Gibran, Apa Saja?

Tidak boleh berlebihan
Jenis olahraga yang bisa dilakukan oleh ODHA syaratnya tidak boleh eksesif atau melebihi batas kemampuannya. "Sebab, kalau berlebihan malah menurunkan kualitas imun, dan itu sangat berbahaya bagi ODHA", kata dr. Suharto.

Ia menyarankan olahraga yang mengikutsertakan otot sebanyak mungkin seperti aerobik, lari, berenang, dan bersepeda. "Olahraga yang memungkinkan terjadinya kontak fisik langsung sebaiknya dihindari atau dibatasi agar tidak menimbulkan cedera. Bukannya dilarang, tapi dibatasi saja demi menjaga dampak cedera yang memperburuk kondisi kesehatan", kata dr. Suharto.

Dengan olahraga yang terprogram, teratur akan didapati peningkatan ketahanan fisik. Dr. Suharto menambahkan, pada dasarnya latihan fisik yang dilakukan odha akan membantu meningkatkan ketahanan humoral dan seluler, yang akan membantu memperpanjang periode kehidupan.

"Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa olahraga itu anti-aging. Orang yang gemar olahraga hidupnya akan lebih panjang dari yang tidak aktif berolahraga. Bagi ODHA hal itu juga berlaku", kata dr. Suharto.

Tips latihan untuk ODHA
Olahraga yang benar, menurut dr. Suharto, harus mengikuti ketentuan fisiologis berikut ini:

1. Latihan harus memperhatikan komponen kesegaran jasmani seperti kekuatan, ketahanan jantung dan paru, kelenturan, komposisi tubuh, dan lain-lain.
2. Latihan harus dilakukan dengan pemberian beban lebih untuk setiap komponen yang dilatih.
3. Asupan gizi disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Istirahat yang cukup.
5. Harus dijaga agar tidak terjadi cedera atau latihan berlebihan (overtraining).

Pengalaman ODHA
Diskusi itu juga menghadirkan Ahmad, seorang ODHA yang berbagi pengalamannya. Sejak terinfeksi HIV tahun 2005, Ahmad rajin menjalani terapi ARV. Ia juga rutin berolahraga. "Saya dari dulu rajin jalan pagi dan bulu tangkis," kata Ahmad.

Dalam berolahraga, Ahmad selalu memberi batasan sendiri kapan ia harus menghentikan aktivitas fisiknya. "Kalau keringat sudah cukup banyak, ya saya stop. Sebab saya kenal betul batas maksimal tubuh saya," ujarnya.

Ahmad mengaku tak terlalu mengubah gaya hidupnya semenjak ia tertular HIV lewat jarum suntik. "Saya makan tetap teratur 3 kali sehari, tidur cukup, tidak begadang kalau itu tidak penting, dan masih merokok meski sekarang sudah berkurang,” ujar Ahmad.

Rizky Nazar Menyayangkan Video Tengah Ngobrol dengan Salshabilla Adriani Diedit Oknum
BMW i5

Kaum Mendang-mending Jangan Kaget dengan Harga Mobil Listrik BMW i5, Incar Pejabat dan Sultan

BMW Group Indonesia akhirnya resmi mengumumkan harga sedan listrik terbarunya, BMW i5. Mobil ini merupakan generasi kedelapan dari 5 Series ini jadi incaran para sultan.

img_title
VIVA.co.id
28 April 2024