Industri Penerbangan Tumbuh Pesat, Ini Sebabnya

Direktur Utama Citilink, Arif Wibowo
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVAnews - Tumbuh pesatnya industri penerbangan sipil di Indonesia, khususnya penerbangan berbiaya murah, dinilai sebagai berkah dari deregulasi industri penerbangan Indonesia. Para maskapai berlomba-lomba melakukan inovasi dengan menyediakan penerbangan dengan harga tiket kompetitif.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama Citilink Indonesia Arief Wibowo kepada VIVAnews di kantornya, Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurut Arief, sebelum masa reformasi penentuan harga tiket pesawat harus melalui izin DPR. Pasca reformasi, para maskapai diperbolehkan menentukan sendiri harga tiket.

"Pemerintah hanya memberikan ceiling price batas atas dan batas bawah untuk mengontrol harga tiket agar tak sampai mencekik saat memasuki musim liburan," kata Arief.

Deregulasi ini ternyata memberikan berkah tersendiri bagi industri penerbangan Indonesia. Para maskapai berlomba-lomba berinovasi dan berusaha untuk efisien. Sehingga muncul maskapai-maskapai yang berkonsep low cost carrier yang menghilangkan inflight service dalam perjalanan.

Pada 2011 lalu tercatat 66 juta pelancong domestik menggunakan pesawat, yang 60-65 persen di antaranya budget travelers dan hanya 40 persen premium travelers. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis airlines untuk mengambil ceruk pasar ini. Bahkan, BUMN sekelas Garuda Indonesia memisahkan Citilink agar dapat fokus menggarap dua pasar penerbangan Indonesia.

"Garuda Indonesia akan fokus di penumpang premium sedangkan Citilink didesain mendapatkan market share di budget travelers," katanya.

"Di spin-off karena model bisnisnya beda, menjalankan bisnisnya pun berbeda. Hanya secara prinsip keamanan dan service Citilink masih mengadopsi Garuda Indonesia."

Konsep penerbangan LCC ini adalah mengangkut orang dari satu titik ke titik lain tanpa layanan lebih. Citilink menggunakan layanan-layanan lain yang didapat dalam layanan premium untuk mendongkrak pendapatan tambahan selain pendapatan tiket. Layanan ini mulai dari bagasi hingga pemilihan tempat duduk di posisi depan.

"Karena kita menurunkan harga serendah-rendahnya sampai masuk level break event point (BEP) dan mendapatkan keuntungan dari bagasi, jual makanan, dan minuman," katanya.

Selain deregulasi, tumbuh suburnya penerbangan Indonesia juga didorong oleh tingginya pertumbuhan ekonomi. Dengan perekonomian yang tumbuh tinggi, preferensi orang untuk memilih transportasi udara secara otomatis juga meningkat.

"Ini circular effect, kenapa harga bisa murah? Karena gabungan volume orang yang mau terbang meningkat dan menimbulkan efisiensi maskapai," katanya.

Survei LPI: Mayoritas Publik Apresiasi Kinerja Kepala BIN
Aktivitas bank peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Serpong, Tangerang, Banten.

LPS Telah Bayarkan Klaim Simpanan Nasabah Rp 237 Miliar hingga 29 April 2024

Klaim tersebut milik 42.248 nasabah dari 10 Bank Perekonomian Rakyat (BPR) serta BPR Syariah (BPRS) yang dilikuidasi pada periode tersebut.

img_title
VIVA.co.id
30 April 2024