Semut Ini Bisa Deteksi Gempa Bumi

Semut Merah <I>Pogonomyrmex barbatus</I>
Sumber :
  • Discoverlife.org
VIVAnews
- Gempa bumi susah ditebak kapan munculnya. Manusia melalui ilmu pengetahuan hanya mengandalkan sistem peringatan dini. Tapi saat ini, antisipasi gempa bisa dilihat dari aktivitas semut.


Peneliti asal Jerman, Gabriele Berberich, dari University of Duisburg-Essen, menemukan perilaku semut secara signifikan berubah sebelum gempa berkekuatan kecil 2 Skala Richter terjadi.


Dilansir
Dailymail
, Minggu 14 April 2013, Berberich menemukan semut kayu merah lebih memilih membangun koloni mereka di sepanjang patahan aktif, tempat di mana gempa terjadi di Jerman.


"Semut kayu Merah memiliki reseptor kimia untuk mendeteksi kadar karbon dioksida dan reseptor magnet untuk mendeteksi medan elektromagnetik," kata Berberich.

 
Pendukung Israel Provokasi Mahasiswa Pro Palestina di Universitas California

"Kami tidak yakin mengapa atau bagaimana mereka bereaksi terhadap rangsangan yang memungkinkan, tapi kami berencana menuju ke daerah dengan tektonik lebih aktif dan melihat apakah semut bereaksi terhadap gempa bumi yang lebih besar," tambahnya.
Kelompok Kemanusiaan Periksa Persenjataan Mematikan yang Belum Meledak di Gaza


MUI Ajak Masyarakat Doakan Timnas Indonesia: Juara Piala Asia U-23 dan Lolos Olimpiade
Dalam studinya, Berberich bersama timnya telah menghitung 15 ribu gundukan semut yang berada di sepanjang patahan aktif. Tim ini melacak semut selama tiga tahun antara 2009 sampai 2012.

Dari penelitian itu, tim menemukan semut beraktivitas biasa pada siang hari, dan kemudian pulang ke gundukan pada malam hari.


Tapi sebelum gempa bumi, semut itu akan tetap terjaga dan tetap berada di luar gundukan pada malam hari. Konsekuensinya, semut bisa terancam makhluk predator.


Penelitian ini juga menunjukkan, semut hanya mengubah perilaku saat gempa itu berkekuatan lebih 2 SR. Kekuatan gempa ini merupakan gempa bumi terkecil yang dapat dirasakan manusia.


Berberich menambahkan, serangga mampu memprediksi gempa bumi dengan merasakan perubahan emisi gas dan pergeseran medan magnet bumi.


Berberich mempresentasikan penelitiannya pada pertemuan tahunan European Geosciences Union di Wina, Austria.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya