Sumber :
- Flickr/Tomod Sandtrov
VIVAlife –
Pernah mendengar tentang gerbang neraka? Di Turkmenistan, hal itu mewujud nyata. Lokasinya di kampung Derweze, Provinsi Ahal, arah timur dari Laut Kaspia. Diantara hamparan pasir gurun Karakum, terdapat satu ceruk dalam yang dipenuhi nyala api. Bahkan dari jauh, cahaya oranye sudah jelas terlihat. Terutama saat malam, ketika gelap menyelimuti gurun.
Masyarakat sekitar menjuluki kawah yang dipenuhi belerang panas tersebut sebagai gerbang neraka, dan pintu menuju “sarang setan”. Bagaimana tidak, kawah seluas 70 meter dan sedalam 20 meter itu penuh dengan bara api.
Kehadiran gerbang neraka ini sebenarnya tidak disengaja. Dilansir dari Vocativ, pada tahun 1950, sekelompok peneliti melakukan proyek eksplorasi minyak bumi di Karakum. Mereka menemukan kandungan gas alam yang cukup banyak. Ketika dieksplorasi semakin dalam, gas alam tersebut meledak dan membentuk kawah luas.
Ledakan tersebut diikuti dengan lepasnya gas-gas berbahaya ke udara, termasuk metan yang akhirnya menimbulkan masalah lingkungan. Tahun 1971, ahli petrokimia asal Uni Soviet secara sengaja membakar kawah tersebut agar gas-gas berbahaya di dalamnya tidak menimbulkan polusi lebih lanjut. Para peneliti berpendapat, gas–gas tersebut akan lebih aman terbakar habis ketimbang menambangnya. Mereka memprediksi apinya akan padam setelah beberapa hari. Namun, sejak saat itu, apinya tak pernah padam. Bahkan hingga hari ini, empat dekade setelahnya.
Masyarakat Derwerze kerap kali mengeluhkan kuatnya aroma belerang yang menguar dari kawah. Presiden Turkemistan Gurbanguly Berdimuhamedow, yang berkunjung pada 2010, memerintahkan kawah tersebut ditutup. Namun, kini, kawah api tersebut justru jadi destinasi wisata internasional, yang memberi keuntungan tersendiri bagi penduduk Derwerze. (adi)
Baca Juga :
Banjir Bandang di Sumbar, Kemenag, Baznas dan LAZ Serahkan Bantuan untuk Korban Terdampak
Ledakan tersebut diikuti dengan lepasnya gas-gas berbahaya ke udara, termasuk metan yang akhirnya menimbulkan masalah lingkungan. Tahun 1971, ahli petrokimia asal Uni Soviet secara sengaja membakar kawah tersebut agar gas-gas berbahaya di dalamnya tidak menimbulkan polusi lebih lanjut. Para peneliti berpendapat, gas–gas tersebut akan lebih aman terbakar habis ketimbang menambangnya. Mereka memprediksi apinya akan padam setelah beberapa hari. Namun, sejak saat itu, apinya tak pernah padam. Bahkan hingga hari ini, empat dekade setelahnya.
Masyarakat Derwerze kerap kali mengeluhkan kuatnya aroma belerang yang menguar dari kawah. Presiden Turkemistan Gurbanguly Berdimuhamedow, yang berkunjung pada 2010, memerintahkan kawah tersebut ditutup. Namun, kini, kawah api tersebut justru jadi destinasi wisata internasional, yang memberi keuntungan tersendiri bagi penduduk Derwerze. (adi)
Subak dan Jalur Rempah, Inspirasi dari Bali untuk Pengelolaan Air
Forum ini akan memperkenalkan sistem Subak, sebuah sistem pengelolaan air tradisional yang telah berakar kuat dalam filosofi dan budaya masyarakat Bali.
VIVA.co.id
19 Mei 2024
Baca Juga :