Dolar Tembus Rp12 Ribu, Hatta Minta Jaga Defisit Neraca Berjalan

HUT PAN ke 15
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews - Rupiah telah menembus angka Rp12 ribu per dolar Amerika Serikat. Pemerintah meminta defisit neraca berjalan (current account deficit) dijaga. Sebab, permintaan dolar untuk membayar utang makin meningkat di akhir tahun.
Gak Mau Kalah dari Xiumin, Chen EXO Aegyo Bikin Penggemar Histeris

"Makanya, kami perlu menjaga current account deficit dan biasanya akhir tahun, permintaan dolar meningkat," kata Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa 17 Desember 2013.
IMA Waspadai Sinyal Pelemahan Ekonomi RI Kuartal I-2024

Hatta mengatakan bahwa permintaan dolar meningkat, karena pada akhir tahun biasanya ada jatuh tempo pada pihak swasta untuk bayar utang.
Depok Jadi Kota Incaran Investor, Ini Buktinya

"Tetapi, semuanya (dolar) sudah tersedia. November ada US$6,3 miliar dan Desember ada US$7,3 miliar dan sudah dialokasikan untuk melaksanakan kewajiban (bayar utang)," kata dia.

Seperti diketahui, utang luar negeri swasta mencapai US$8 miliar yang jatuh tempo pada bulan ini. Utang ini terdiri atas bank dan nonbank. Sebenarnya, utang luar negeri pada periode Oktober-Desember 2013, mencapai US$18,89 miliar.

"Sebanyak US$11 miliar sudah jatuh tempo di Oktober-November dan sudah dibayar swasta. Jadi, ada US$8 miliar dibayar di Desember ini," kata Direktur Eksekutif Departemen Statistik dan Moneter Bank Indonesia, Hendy Sulistyowati di Gedung BI, Jakarta, belum lama ini.

Bank sentral ini memerinci, utang luar negeri pemerintah dan swasta yang jatuh tempo dari Oktober-Desember mencapai US$21 miliar. Utang tersebut terdiri dari US$18,89 yang merupakan utang swasta dan sisanya, sekitar US$2,1 miliar merupakan utang pemerintah.

Utang swasta US$18,89 miliar terdiri atas US$3,72 utang perbankan dan US$15,72 miliar utang nonperbankan. Sementara itu, utang pemerintah sebesar US$2,1 miliar terdiri atas US$1,2 miliar utang pokok dan sisanya adalah bunganya.

Lalu, mengenai ketersediaan dolar, pihak BI meminta para eksportir untuk memarkir dananya di dalam negeri. Masalahnya, mereka sering memarkir dananya di luar negeri.

Mengenai hal itu, Hatta mengaku telah bertemu dengan para eksportir dan membicarakan masalah dana tersebut.

"Saya sudah bertemu dengan seluruh eksportir kita. BI mengatakan bahwa total transaksi itu US$500-600 juta per hari. Per bulannya, transaksi mencapai US$15-17 miliar. Ada 10-15 persen dana diparkir di luar negeri, artinya ada sekitar US$1,5 miliar," kata dia.

Karena besarnya dolar yang diparkir di luar negeri, Hatta menyarankan untuk memarkir dananya di Indonesia. "Saya katakan kepada kawan-kawan untuk menaruh uangnya di sini. Kalau tidak mau, ya, ditukarkan. Yang penting, ditaruh di sini," tegasnya. (adi)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya