Serapan Tenaga Kerja Indonesia Terendah Sejak 2011

Buruh pabrik sedang menikmati makan siang
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews
- Realisasi investasi pada triwulan pertama 2014 di Indonesia mencapai Rp106,6 triliun. Nilai itu naik 14,6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.


Adapun jumlah investasi tersebut terdiri atas penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp34,6 triliun dan penanaman modal asing (PMA) senilai Rp72 triliun.


Sayangnya, peningkatkan investasi ini tidak diikuti oleh meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada triwulan pertama tahun ini. Tercatat, penyerapan tenaga kerja kuartal I-2014 hanya sebanyak 260.156 tenaga kerja.
Cerita Zulhas Sempat Tolak Gibran Jadi Cawapres Prabowo, Maunya Erick Thohir


Top Trending : Aksi Turis Bali Ceburkan Motor ke Kolam Renang hingga Marselino Jadi Tumbal
Angka ini merupakan yang terendah sejak kuartal kedua 2011 yang sebanyak 225.804 tenaga kerja. Jika dibandingkan triwulan pertama 2013, penyerapan tenaga kerja pada kuartal I-2014 juga jauh lebih rendah. Serapan tenaga kerja pada kuartal I-2013 mencapai 361.924 tenaga kerja.

16 Klub Ini Pastikan Tiket ke Liga Champions Musim Depan, Siap-siap dengan Format Baru!

Bahkan, jika dibandingkan dengan triwulan IV-2013, serapan tenaga kerjanya hampir dua kali lipat yakni 430.107 tenaga kerja.


Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Mahendra Siregar, dalam acara konferensi pers di Jakarta, Kamis 24 April 2014, menampik jika penurunan penyerapan tenaga kerja ini akan berlanjut.


"Saat ini, perusahaan melihat pekerja yang lebih terampil dan kompetitif, sedangkan padat karya cenderung berkurang," katanya.


Menurut Mahendra, dari segi investor, tentu mengutamakan industri yang sesuai dengan potensi di Indonesia. Jika dulu mengutamakan tenaga kerja murah, kini telah bergeser dengan mengutamakan konsumsi dalam negeri Indonesia.


"Dalam hal ini, pemerintah memperhatikan tren yang terus berkembang, kuartal pertama tahun ini trennya berubah sekali dan kami harus hati-hati membaca ini," katanya.


Mahendra mengatakan, paling tidak pesannya sudah jelas. Karena, investor sudah melihat Indonesia sebagai tempat yang kompetitif dan relatif padat modal. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya