ADB: Penurunan Harga Minyak Menguntungkan Kawasan Asia

Ilustrasi Kilang Minyak
Sumber :
  • REUTERS
VIVAnews
- Bank Pembangunan Asia (ADB) menilai prospek pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di kawasan Asia masih stabil. Meski sempat terjadi pelambatan pada paruh kedua tahun 2014, namun penurunan harga minyak ditengarai merupakan kesempatan emas untuk memperbaharui keuntungan.


Dalam laporannya yang terbaru bertajuk
Asian Development Outlook 2014,
ADB memperkirakan produk domestik bruto (PDB) di kawasan pada tahun ini mencapai 6,1 persen, atau turun dari capaian 6,2 persen yang diekspekatasikan pada bulan September dan 6,2 persen. Adapun pertumbuhan di tahun 2015 diprediksi 6,2 persen, turun dari eskpektasi sebelumnya 6,4 persen.

Semifinal Uber Cup 2024: Gregoria Menang, Apriyani/Fadia Tumbang

"Sementara pertumbuhan dalam tiga kuartal pertama tahun ini lebih lambat dari yang kita duga, penurunan harga minyak bisa berarti kejutan terbaik pada 2015. Karena kebanyakan negara di kawasan ini adalah pengimpor minyak," ujar Kepala Ekonom ADB Shang-Jin Wei, dalam keterangan tertulisnya, Kamis 18 Desember 2014.
Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Indonesia Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia


Gunung Ruang Erupsi dalam Hitungan Jam, PVMBG Harus Selalu Siaga
Ia menambahkan, pemulihan ekonomi di negara industri utama seperti Amerika Serikat, kawasan euro, dan Jepang telah direvisi turun sejak kinerja kuartal ketiga yang lemah di Jepang diharapkan tidak membayangi kekuatan ekonomi AS.

"Pertumbuhan PDB di negara maju kini diperkirakan rata-rata 1,4 persen pada tahun 2014, atau turun dari perkiraan lalu sebesar 1,5 persen, sebelum meningkat menjadi 2,1 persen pada tahun 2015," kata Wei.


Pertumbuhan beberapa negara besar di Asia Tenggara telah melambat daripada yang diantisipasi dalam sembilan bulan pertama tahun 2014. Capaian pertumbuhan sedikit meleset dari yang diproyeksikan terjadi pada Indonesia, Filipina, Singapura, dan Thailand.


"PDB sub kawasan ini diharapkan akan tumbuh sebesar 4,4 persen pada tahun 2014, turun dari perkiraan 4,6 persen. Dan pada 2015 tumbuh 5,1 persen, turun dari 5,3 persen," kata wei.


Di Indonesia, menurut Wei, pertumbuhan PDB melambat menjadi 5 persen pada kuartal ketiga 2014. Meskipun konsumsi swasta tetap kuat seperti yang diharapkan, investasi tetap bruto dan ekspor bersih kurang menyumbang terhadap pertumbuhan PDB dibandingkan pada kuartal kedua.


Ia menambahkan, pemulihan investasi pasca pemilu di Indonesia lebih lambat dari yang diantisipasi, dan pemulihan di pasar ekspor masih belum jelas. Proyeksi pertumbuhan direvisi sedikit ke bawah dari proyeksi sebelumnya, dari 5,3 persen menjadi 5,1 persen untuk 2014 dan dari 5,8 persen menjadi 5,6 persen untuk tahun 2015.


Baca juga:

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya