Dari Smart City, Banda Aceh Ingin Jadi Kota Masa Depan

Seminar smart city Kedubes AS dengan tiga kepala daerah
Sumber :
  • VIVAnews/Agus Tri Haryanto

VIVA.co.id - Satu dekade lalu, Banda Aceh, salah satu kota di ujung barat Indonesia, luluh lantak diterjang bencana tsunami. Selama bertahun-tahun usai bencana itu, Ibu kota daerah istmewa Aceh ini terus berbenah.

Kini, kota tersebut sudah pulih. Bahkan, Banda Aceh sedang menuju Smart City, atau kota pintar dengan komando dari sang Wali Kotanya, Illiza Sa'aduddin Djamal.

"Kita terpilih juga dari lima Kabupaten/Kota. Untuk ke depan, planning kita menjadi smart city. Dan, dari tingkat kesiapan sudah diukur. Dari lima daerah (tersebut) dilihat tingkat kesiapan, Banda Aceh yang tersiap menuju smart city," ujar dia, saat ditemui VIVA.co.id dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Kedubes AS di kawasan SCBD, Jakarta, Rabu malam, 28 Januari 2015.

Sebelum Banda Aceh bertransformasi menjadi kota pintar, Illiza membuat sejumlah aplikasi yang mendukung kinerja pemerintahannya dan pelayanan kepada publik di bumi Serambi Mekkah itu.

Menurutnya, aplikasi merupakan salah satu menjadi jembatan antara pemerintah kota dengan warganya, sehingga tahu kebijakan dan pelayanan seperti apa yang diinginkan oleh masyarakatnya.

"Nanti, kita akan launching (luncurkan) aplikasi Perizinan Online. Jadi, nanti tatap mukanya hanya sekali (saat ada yang meminta izin), yang kemudian diintegrasikan ke sistem BPJS Ketenagakerjaan," jelasnya.

Pemerintah Kota Banda Aceh, sebelumnya juga sudah mempunyai layanan publik berbasis teknologi bernama aplikasi Public Complaint, yang sudah dibangun sejak 2008.

Ini yang Dibutuhkan untuk Kembangkan Kota Pintar

Aplikasi itu, memungkinkan setiap keluhan warga yang dikirim, baik lewat web, atau SMS akan langsung diterima oleh wali kota, wakil wali kota, dan sekretaris daerah yang diteruskan kepada SKPD (Satuan Kerja Perangkat Desa) terkait.

Untuk mencegah bantuan ganda dari pemerintah, disampaikan Illiza, Pemerintah Kota Banda Aceh mempunyai data penduduk miskin dan data penduduk kota secara cepat dan tepat.

"Jadi, data penduduk kota Banda Aceh secara real time setiap satu jam sekali (diperbarui), itu ter-publish dengan cukup baik," ungkapnya.

e-Kinerja

Penggagas Smart City: Butuh Rambu untuk Implementasi Cepat

Hal yang cukup menarik dari rancangan Illiza adalah adanya pengawasan kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bisa dipantau berbasis Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK). Pengawasan pegawainya tersebut bernama e-Kinerja, di mana setiap orang akan terpantau secara real time pekerjaannya.

"Itu bisa mengukur kinerja pegawai itu sampai mana, sehingga dapat menentukan prestasi kerja, siapa yang mendapatkan sesuatu (penghargaan) yang bekerja dengan baik. Jadi, e-Kinerja itu sebagai pembinaan, peneguran, pemotongan, kalau ada yang tidak disiplin, maka akan diberhentikan. Kalau masih saja tidak disiplin dan makin banyak, berhentikan pimpinannya," tegas Illiza.

Tak hanya itu, meski saat ini Banda Aceh sedang mengubah wajahnya menjadi kota teknologi, Illiza tak ingin kota yang dipimpinnya tersebut mengabaikan lingkungan.

Ia pun ingin menjaga kelestarian dan kenyaman warganya dengan rimbunnya pohon-pohon di kota. Maka dari itu, dia mengeluarkan kebijakan yang sangat tegas mengenai pohon.

"Kita sudah memiliki database jumlah pohon di Banda Aceh, untuk memastikan itu pohon harus tetap terjaga, karena kita punya aturan kalau ada yang memotong pohon, maka dia harus mengganti dengan 10 pohon untuk menggantikan satu pohon yang ditebang dengan alasan izin dari pemko," papar dia.

Demi Smart City, Pejabat Daerah Perlu Diedukasi

e-Warning system

Sang wali kota juga belajar bayak dari tsunami yang melanda pada 2004 lalu. Illiza telah merancang jalur evakuasi, apabila bencana tersebut melanda kawasannya, sehingga dapat diantisipasi korban jiwa. Selain itu, ia mengandalkan teknologi untuk memberitahu informasi kebencanaan.

"e-Warning system, yang dapat deteksi gempa apabila terjadi gempa di tempat lain. Katakanlah titik gempa di Aceh Barat, Banda Aceh sudah memiliki berapa Skala Richter yang sendiri di daerahnya. Selama ini kan, informasi dari sumber gempa tapi ini kan dapat potensinya, apakah tsunami, atau tidak dan ini cukup memberikan kenyamanan ada masyarakat dan siapapun yang datang ke Banda Aceh," jelasnya.

Pendidikan pun tak luput menjadi perhatiannya, untuk menunjang kebutuhan, ia sedang melakukan uji coba di salah satu sekolah, yang mana saat mengakses internet, siswa tersebut tidak mengunjungi situs yang tidak diinginkan.

"Bagaimana e-Book dan sebagainya dan kita juga mem-protect, bagaimana anak-anak itu hanya bisa membuka dan mengakses hanya apabila kalau mereka menggunkan flashdisk mereka sendiri dan ini baru dan kita pilot project di Fajar Harapan," kata Illiza.

Sebagai bentuk dukungan terhadap e-Edukasi, Illiza sudah memasang hotspot yang ada di setiap sekolah seluruh Banda Aceh. "Seluruh sekolah sudah ada hotpsot-nya di Banda Aceh, selain itu juga dipasang di beberapa masjid, perkantoran balai kota dan taman kota," ucapnya.

Berkat inovasi yang dilakukannya di Banda Aceh, ia mendapatkan penghargaan salah satunya yakni Digital Society Awards. "Ini bentuk persiapan menuju smart city, Mudah-mudah jadi smart city dan future city," harap dia. (asp)

Baca juga:

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya