Ketegangan Yunani dan Kreditor UE Makin Memanas

Menteri Keuangan Yunani Yanis Varoufakis
Sumber :

VIVA.co.id - Yunani bersitegang dengan negara-negara kreditor zona euro setelah perundingan singkat pada Senin malam berakhir dengan suasana sengit. Situasi ini memicu krisis politik paling serius di kawasan itu sejak mata uang euro resmi diluncurkan.

Seperti diberitakan Telegraph, Selasa 17 Februari 2015, Syriza sebagai partai radikal kiri yang memerintah di Yunani merasa terhina dan marah terhadap mitra zona euro yang tetap memaksakan program pengetatan anggaran terhadap negaranya.

Menteri Keuangan Yunani, Yanis Varoufakis, menyatakan bahwa para menteri keuangan negara-negara Uni Eropa tetap menuntut pemerintahan Syriza menjalankan program penghematan dan pengetatan anggaran negara. Artinya, mereka telah mengingkari perjanjian yang telah disepakati sebelumnya di Komisi Eropa untuk jatuh tempo utang ditunda empat bulan sambil menyusun kontrak baru untuk pertumbuhan.

"Satu-satunya cara untuk memecahkan masalah Yunani adalah memperlakukan kami sederajat, bukan seperti koloni utang," ujar Varoufakis.

Perundingan itu berlangsung kurang lebih empat jam, mempertaruhkan risiko kegagalan negara dalam membayar utangnya (default) yang terbesar sepanjang sejarah dunia dan desakan Yunani keluar dari Uni Eropa pada akhir bulan ini.

Varoufakis menegaskan bahwa Syriza telah memenangkan pemilu Yunani dan bersumpah untuk menghapus utang dana talangan dari perjanjian dengan Troika (Uni Eropa, Bank Sentral Eropa, dan IMF). Melanjutkan program bailout dan memenuhi tuntutan penghematan anggaran negara berarti sama saja dengan mengkhianati amanat demokrasi Yunani.

"Program ini telah gagal untuk menstabilkan Yunani, telah menghasilkan krisis kemanusiaan, dan telah menyebabkan kemelut deflasi utang," kata Varoufakis.

Meski begitu, Varoufakis berjanji untuk melakukan segala upaya demi mencapai "penyelesaian terhormat" bagi Yunani.

Kepala Eurogroup, Jeroen Dijsselbloem, menyatakan bahwa Yunani harus memenuhi kewajibannya. Kini, bola panas berpindah ke tangan pemerintah Yunani terkait langkah ke depan, apakah tetap mau bekerja sama dengan Eropa atau tidak.

"Mereka harus mengubah cara pandangnya," ujar Dijsselbloem. Ia menekankan masih ada kesempatan untuk berunding lagi secara terbuka pada forum akhir pekan ini.

Varoufakis menunjukkan kemarahan terhadap kutipan draf yang disodorkan, di mana disebutkan bahwa pemerintah Yunani telah mengindikasikan kesediaannya untuk menyukseskan program terdahulu dengan mempertimbangkan rencana baru pemerintah. Ia tak mau setuju terhadap perjanjian yang diajukan tersebut.

Perselisihan muncul ketika pihak Yunani menginginkan perjanjian yang baru, namun mendapat pertentangan dari Jerman, Belanda, Finlandia, dan parlemen Slowakia. Negara-negara tersebut ditengarai telah habis kesabarannya menghadapi pembangkangan Yunani.

Perseteruan semakin sengit terkait poin perjanjian yang tetap mewajibkan Yunani untuk melanjutkan kebijakan pajak, program privatisasi, serta reformasi kebijakan di pasar tenaga kerja, sektor keuangan, dan dana pensiun. Disebutkan, Yunani harus melanjutkan surplus fiskal yang dirancang oleh Troika, yang berarti bahwa Athena harus menaikkan anggaran surplus primer dari 1,5 persen pada tahun 2014, menjadi 3 persen pada tahun ini dan 4,5 persen pada tahun depan.

Rancangan yang disodorkan para kreditor itu bahkan disebut oleh Varoufakis sebagai "tidak masuk akal dan tidak bisa diterima". (one)

Baca juga:

Ekonomi di Zona Euro Tumbuh 15%
ilustrasi utang.

Intip 10 Negara dengan Utang Terbanyak Saat ini

Negara dengan utang terbesar di dunia ada di Asia.

img_title
VIVA.co.id
4 April 2016