Ketergantungan Impor, Industri Farmasi RI Sulit Bersaing

Waspada dan Hindari Obat Pengantar Maut
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id
Industri Farmasi Membaik, Indofarma Bidik Rp1,9 Triliun
- Ketua Umum Pharma Materials Management Club (PMMC), Kendrariadi Suhanda mengakui, industri farmasi di Indonesia masih tergantung bahan baku impor. Dengan kenyataan tersebut, sulit rasanya berkompetisi di pasar internasional. 

92 Persen Bahan Baku Obat-obatan di RI Masih Impor
Di Jakarta, Kamis 26 Maret 2015, dia mengatakan, saat ini hampir 95 persen bahan baku yang digunakan didapatkan melalui impor dari negara-negara Eropa, Tiongkok hingga India. Impor tersebut sudah dilakukan sejak 20 tahun lalu. 

Pemerintah Izinkan Investor Asing Kuasai Industri Ini
"Memang pertanyaan-pertanyaan kenapa kita masih impor," ujar Kendra.

Untuk memperkuat produksi bahan baku produk farmasi dalam negeri, industri kimia dasar harus didorong perkembangannya. Namun, hal itu dinilai sulit dilakukan, selain karena kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki, teknologi dalam negeri juga belum memadai. 

Dalam hal ini, menurut dia, pemerintah harus berperan lebih. Namun, ia menyayangkan hingga saat ini belum ada dukungan yang dirasakan. "Dengan begitu, kalau bahan baku atau kimia dasar saja kami mesti impor, bagaimana kami bisa bersaing," ujarnya.

Bahkan, pabrikan bahan baku dasar yang sudah ada pun hilang dengan sendirinya. Karena, pasarnya tidak didorong pemerintah untuk menggunakan produksi dalam negeri. 
 
"Kita pernah punya pabriknya di sekitar Gunung Putri, Bogor, itu grupnya Sandos. Tapi, karena pangsa pasar kami ini tidak besar, sehingga bahan baku lokal itu mempunyai kesulitan sendiri, jadinya kami impor intermediate-nya dari Tiongkok," katanya.

![vivamore="Baca Juga :"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya