Sumber :
- www.dailymail.co.uk/PA
VIVA.co.id
- Peneliti telah membuktikan ketakutan orang atas hantu hanyalah efek dari tipuan otak manusia saja. Kesimpulan itu diambil peneliti setelah menghadirkan hantu buatan dalam sebuah laboratorium.
Dikutip dari
Daily Mail,
Kamis 30 April 2015, untuk menghadirkan sensasi hantu buatan, peneliti memanfaatkan robot mini yang mengirimkan sinyal sensorik pada otak para relawan dengan mata tertutup.
Kemudian sensor tersebut dikirimkan ke otak relawan dengan harapan menciptakan sensasi menyeramkan layaknya penampakan hantu. Selama menjalani pengalaman ini, peneliti mengukur sinyal otak para relawan.
Para ilmuwan mengatakan hasil percobaan menunjukkan apa yang beberapa yakini menjadi kehadiran hantu hanyalah sebuah trik dari otak.
"Ini menegaskan bahwa hal itu disebabkan oleh perubahan persepsi dari tubuh mereka sendiri di otak," kata Profesor Olaf Blanke dari Ecole Polytechnique Federale de Lausanne (EPFL) di Swiss.
Baca Juga :
Pelaku Penusukan Imam Musala di Kedoya Ditangkap
Dalam percoban, relawan dengan mata tertutup diminta menjalankan gerakan dengan tangan melekat pada perangkat robot. Sementara di belakang relawan, perangkat robot memproduksi kembali gerakan relawan dan menyentuh bagian punggung relawan.
Saat tahap ini dilakukan secara
real time,
otak relawan bisa beradaptasi dan mengenali gerakan mereka sendiri. Tapi saat peneliti menunda temporal dalam beberapa milidetik, maka relawan merasakan sensasi hantu menakutkan.
"Kami mengembangkan robot yang memungkinkan kami mengubah sinyal ini," ujar Blanke.
Dalam percobaan dua relawan merasakan sensasi hantu yang menyeramkan dan meminta untuk dihentikan karena takut dengan hantu buatan tersebut. Relawan mengaku merasa ada hantu di belakang mereka.
Blanke mengatakan tujuan utama penelitian ini yaitu untuk lebih memahami beberapa gejala kondisi neurologis ataua kejiwaan seperti skizofrenia.
Ia berharap di masa depan terapi hantu ini bisa semakin berkembang dengan menggunakan perangkat sandang
(wearable).
Hasil penelitian ini telah diterbitkan pada Current Biology.
Halaman Selanjutnya
Dalam percoban, relawan dengan mata tertutup diminta menjalankan gerakan dengan tangan melekat pada perangkat robot. Sementara di belakang relawan, perangkat robot memproduksi kembali gerakan relawan dan menyentuh bagian punggung relawan.