- REUTERS
VIVA.co.id - Musim kemarau tahun 2015 cepat berimbas kekeringan di Jawa Timur. Akibatnya, hingga awal Juni 2015, tercatat 248,2 hektare tanaman padi di provinsi paling timur Pulau Jawa itu gagal panen atau puso.
Dinas Pertanian Jawa Timur mencatat, dari 38 kabupaten dan kota, sedikitnya ada tiga daerah yang paling parah terdampak puso, yakni Kabupaten Bojonegoro (135 hektare), Lamongan (80 hektare), dan Magetan (33 hektare).
"Secara total, ada tujuh daerah yang sudah menyatakan status kekeringan lahan pertanian," ujar Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur Nurfalakhi, Senin 6 Juli 2015.
Daerah-daerah tersebut, kata Nurfalakhi, adalah Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Magetan, Pamekasan, dan Sampang.
Beberapa daerah tersebut mengalami kekeringan, karena menurunnya debit air Sungai Bengawan Solo sebagai sumber air utama irigasi pertanian.
Dia mengatakan, bila masih bisa dibantu dengan pompa, padi bisa diselamatkan. "Namun, kalau benar-benar kekeringan, lebih baik pindah ke komoditas yang sedikit kebutuhan airnya, yaitu jagung. Kalau airnya kurang sekali, ganti dengan kedelai,” kata dia.
Nurfalakhi menyampaikan, jika petani ingin pindah komoditas, Dinas Pertanian akan menyalurkan bantuan berupa pupuk, pestisida, dan benih. “Kalau petani tidak punya benih, segera daftarkan untuk kami mintakan bantuan cadangan benih nasional,” kata dia.
Meski sejumlah daerah mengalami gagal panen, pihaknya mengaku tetap optimistis target produksi padi 2015 di Jawa Timur terpenuhi. Alasannya, sepanjang musim hujan Oktober-Maret lalu, luas tanam padi di Jawa Timur melebihi target, sehingga pengurangan di musim kemarau tidak berdampak signifikan terhadap produksi.
Berdasarkan Angka Ramalan 1 (Aram 1) tahun 2015, Dinas Pertanian Jawa Timur memprediksi produksi padi di provinsi tersebut pada 2015 mencapai 12,78 juta ton gabah kering giling (GKG). Jumlah tersebut, menurut dia, meningkat sebanyak 381,30 ribu ton atau 3,08 persen dibandingkan 2014.